Asosiasi Klaim Ekspor Mebel Melejit Berkat Permintaan dari Eropa

Dimas Jarot Bayu
9 Maret 2018, 15:08
mebel kayu jati
ANTARA FOTO/Aji Styawan
Pekerja menyelesaikan pembuatan kerajinan dari limbah mebel kayu jati di sebuah industri rumahan di Desa Klampok, Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (24/11).

Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mengklaim nilai ekspor industri mebel pada 2017 mencapai US$ 2 miliar atau setara Rp 27 triliun. Angka ini meningkat US$ 400 juta dibandingkan nilai ekspor pada 2016 lalu yang hanya sebesar US$ 1,607 miliar.

"Ekspor kami sekitar US$ 2 miliar," kata Ketua HIMKI Soenoto di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Jumat (9/3).

Menurut Soenoto, ekspor mebel dari Indonesia meningkat karena tingginya penjualan ke berbagai negara di Eropa dan Amerika. Dia menyebutkan jika ekspor terbesar disumbangkan dari negara Belanda dan Jerman. "Paling besar ekspor ke Eropa," kata Soenoto.

Soenoto menilai, sebenarnya nilai ekpor ini dapat lebih baik lagi ke depannya. Sebab, selama ini baru dua kementerian saja yang mendukung ekspor industri mebel, yakni Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan.

(Baca juga: Usai Ditegur Jokowi, Mendag Menaikkan Target Ekspor Jadi 11%)

Menurutnya, seluruh kementerian punya keterkaitan dengan industri mebel. Karenanya, jika seluruh kementerian terintegrasi mendorong ekspor dari industri mebel maka pertumbuhannya diprediksi mencapai 15 kali lipat.

"Coba tolong sebutin kementerian mana yang tidak berkaitan? Bahkan Kemenkumham, itu Lembaga Pemasyarakatan bisa digerakkan untuk membuat kerajinan dan mebel," kata Soenoto.

Adapun, Soenoto meminta agar pemerintah dapat memberikan insentif untuk mendorong ekspor, di antaranya dengan bantuan penyederhanaan regulasi maupun pemberian dana sponsor.

"Tapi yang paling kami butuhkan adalah bantuan regulasi yang menyegarkan terhadap pertumbuhan industri furnitur dan mebel," kata dia.

Dengan diberikannya bantuan tersebut, Soenoto yakin jika target ekspor mebel dan kerajinan sebesar US$ 5 miliar pada 2019 dapat tercapai. Menurutnya, jika target tersebut tercapai akan mampu menghasilkan 500 ribu tenaga kerja baru.

"Jadi kepada para desainer dan produsen, ada pesan yang khusus bahwa di balik desain ada kesejahteraan di belakang kita dan ditunggu segenap rakyat Indonesia," kata dia.

(Baca juga: Kemenperin Targetkan Ekspor Mebel Naik Dua Kali Lipat Tahun 2018)

HIMKI pun meyakini jika pemerintah tak akan merealisasikan wacana pembukaan keran eskpor untuk bahan baku mebel, seperti kayu dan rotan. Menurutnya, wacana itu tidak akan mengutungkan karena tak memberi nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Tidak ada added value apa-apa dan itu adalah semangat instan," ucapnya.

Berbeda dengan Soenoto, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda menyatakan ekspor mebel selama 2017 hanya naik 1%. Pada 2017, nilai ekspor mebel mencapai US$ 1,627 miliar. "Sekarang sebenarnya sekitar US$ 1,627 miliar," kata Arlinda.

Karenanya, pemerintah mengharapkan agar industri mebel dapat mendorong promosi, baik melalui pameran maupun misi dagang. Adapun, pemerintah sendiri tengah berusaha untuk mengembangkan pasar industri mebel non tradisional.

"Makanya misi dagang kami di tahun ini memang banyak ke negara non tradisional. Contohnya kami besok tanggal 26-28 Maret ke Bangladesh," kata dia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor mebel dan kerajinan Tanah Air pada 2015 mencapai US$1,9 miliar. Namun, pada 2016 terjadi penurunan menjadi US$1,60 miliar.

Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...