Survei BI: Kenaikan Harga Rumah Menengah dan Besar Kian Tipis

Martha Ruth Thertina
11 Agustus 2017, 14:44
Perumahan
Agung Samosir|KATADATA
Maket perumahan dalam pameran perumahan

Bank Indonesia (BI) mencatat kenaikan harga rumah tipe menengah dan besar semakin menipis dari tahun ke tahun. Hal itu seiring dengan pertumbuhan penjualan rumah yang juga melambat.

Mengacu pada survei BI terhadap pengembang perumahan di 14 kota, harga rumah tipe menengah hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,49% secara tahunan pada kuartal II lalu, lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar 3,87%.

Demikian juga dengan harga rumah tipe besar yang hanya naik 1,71% secara tahunan, lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar 2,16%. Di sisi lain, harga rumah tipe kecil tumbuh 5,76% secara tahunan, lebih tinggi dari periode sama tahun lalu yang hanya 4,15%. 

Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan pertumbuhan harga rumah pada kuartal II tercatat hanya 3,17% secara tahunan, lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar 3,39%. Pada kuartal III ini, pertumbuhan harga rumah diproyeksi meningkat 3,99% secara tahunan.

Kondisi ini berbeda jauh dibanding periode pertengahan 2012 hingga 2013 silam. Ketika itu, harga rumah meroket. Puncaknya, pada kuartal III 2013, rumah tipe kecil naik lebih dari 19% secara tahunan, rumah tipe menengah naik lebih dari 13%, dan rumah tipe besar naik lebih dari 9%.

BI menilai, perlambatan kenaikan harga seiring dengan penjualan rumah yang juga tercatat melambat. “Hasil survei menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan properti residensial tumbuh melambat dibanding triwulan (kuartal) sebelumnya, dari 4,16% (qtq/secara bulanan) menjadi 3,16% (qtq),” demikian tertulis dalam hasil survei BI. (Baca juga: Masyarakat Kelas Menengah Berhemat, Penjualan Rumah Melambat)

Adapun sebagian reponden berpendapat bahwa faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah tingginya suku bunga KPR, lamanya perizinan, pajak, tingginya uang muka rumah, serta kenaikan harga bahan bangunan. Adapun, survei BI menunjukkan, suku bunga KPR tertinggi terjadi di Jambi yaitu 15,18%, dan terendah di Sulawesi Barat yaitu 7,99%.

Seiring dengan penjualan yang melambat, BI melansir pertumbuhan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) juga melambat. Di sisi lain, pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) baru sebesar Rp 474 miliar untuk 4 ribuan unit rumah, jauh di bawah Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) FLPP tahun ini yang sebesar Rp 3,1 triliun.   

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...