Jokowi : Pengusaha Jangan Banyak Minta Fasilitas ke Pemerintah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para pengusaha, khususnya pengusaha muda, harus berani bersaing untuk memenangkan kompetisi. Karena itu, dia menegaskan agar para pengusaha tidak banyak meminta fasilitas kepada pemerintah.
"Jangan sampai pengusaha muda minta-minta fasilitas, ini era kompetisi," kata Presiden saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) XV di Jakarta, Senin (27/3). Jika pemerintah terlampau banyak memberikan kemudahan dan fasilitas maka tidak akan tercipta pengusaha yang siap bersaing akibat tidak mengikuti kompetisi.
Jokowi mengatakan, ketimbang meminta fasilitas, Hipmi lebih baik menyusun hal-hal konkrit sebagai masukan kepada pemerintah. Bahkan, dia membuka kemungkinan para pengusaha muda mendapatkan lahan seluas 500 hingga 5.000 hektare dari pemerintah untuk dikelola sebagai bagian dari reforma agraria. "Dengan catatan lahan harus produktif dan jangan sampai konsesinya dijual lagi," katanya.
Di sisi lain, Presiden meminta para pengusaha muda masuk dalam beberapa sektor usaha yang belum tergarap maksimal selama ini. Sektor usaha prospektif bagi pengusaha muda itu antara lain sektor pariwisata, kuliner, gaya hidup (lifestyle), hingga Business Process Outsourcing (BPO).
Pertimbangannya, menurut Jokowi, sulit bagi orang-orang seumurannya atau pengusaha yang telah mapan untuk masuk dan menjalankan model bisnis tersebut. "Karena ini bisnis anak muda, bukan bisnis orang tua," katanya.
Karena itu, Jokowi meminta para pengusaha muda lewat Rakernas Hipmi ini merumuskan rekomendasi dan masukan kepada pemerintah dalam kurun dua pekan ke depan. "Rumuskan saja dalam rakernas ini apa sih yang dimaui. Rumuskan secara konkrit tapi jangan minta-minta sesuatu," ujarnya.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia meminta Jokowi melibatkan lebih banyak lagi pengusaha muda dalam pembangunan. Bahkan, dirinya menganalogikan pengusaha muda layaknya pemain sepakbola cadangan yang terus menunggu giliran bermain.
"Kalau kami percaya bahwa Papua bisa dibangun oleh Bapak Presiden, mengangkat pengusaha muda seharusnya bisa dilakukan juga," kata Bahlil.
Menurut dia, ada dua tipe pengusaha, yaitu pengusaha karena nasib dan pengusaha karena nasab alias melanjutkan usaha keluarganya. Namun, yang dibutuhkan adalah pengusaha yang lahir karena sistem yang dibangun. "Kita butuh (pengusaha) by design yang merupakan perpaduan by nasab dan by nasib. Jadi, para pelajar kita didik tidak hanya sebagai pekerja tapi sebagai entrepreneur."