Indonesia Catat Transaksi Perdagangan Rp1,5 Triliun di Pameran Pasifik
Indonesia mencatatkan transaksi potensial US$ 104,1 juta atau sekitar Rp 1,48 triliun dalam gelaran The 2nd Pacific Exposition yang digelar selama tiga hari. Angka tersebut meningkat dibandingkan transaksi perdagangan pada Pacific Exposition pertama yakni US$ 70 juta pada 2019 dan digelar di Auckland.
Pameran dagang tersebut diselenggarakan oleh Kedutaan besar Republik Indonesia (RI) di Wellington, Selandia Baru secara virtual hingga 30 Oktober 2021. Acara tersebut digelar sebagai strategi mempromosikan perdagangan investasi dan pariwisata Indonesia ke global.
“Kita berhasil membukukan transaksi naik 48% atau mencapai Rp 1,48 triliun dibandingkan capaian dua tahun lalu,” kata Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya secara daring, Sabtu (30/10).
Dia memaparkan, sebanyak 312 peserta pameran bergabung dalam kegiatan The 2nd Pacific Exposition, di mana terdapat 200 stan virtual. Adapun peserta pameran berasal dari 18 negara-negara kawasan Pasifik.
Acara yang berlangsung selama 27-30 Oktober 2021 tersebut telah dikunjungi 10.800 akun yang berasal dari 28 negara di kawasan Pasifik, negara-negara Asia seperti Jepang, Singaporean, Malaysia, Cina dan lainnya.
Tantowi mengatakan transaksi terbesar berasal dari produk technology based, seperti alat penghantar listrik produksi pabrik di Bogor yang berkontribusi lebih dari 30% dari total transaksi. Di mana, produk electric transformer tersebut juga di ekspor ke Selandia Baru dan juga Australia.
Produk Indonesia selanjutnya yang berkontribusi besar pada transaksi Pacific Exposition tahun ini berasal dari produk agrikultur, seperti kopi. “Kopi kita dari Sumatera Utara berhasil membukukan transaksi lebih dari US$ 11 juta, dan itu sangat besar,” ujar Tantowi.
Produk lainnya adalah bawang, di mana nilai perdagangannya tidak hanya datang dari Indonesia tetapi juga dari Pasifik.
Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, pihaknya mencatat potensi transaksi bisnis dan komitmen yang berasal dari Australia, Indonesia, Selandia baru dan Kaledonia Baru. Di mana, minat produk terbanyak berasal dari transaksi biji kopi, electrical transformer, ban, produk pertanian, kertas, produk makanan, kesehatan dan peralatan medis.
“Saya berharap, komitmen ini akan meningkatkan perdagangan dan saling menguntungkan bagi hubungan antara negara-negara Pasifik,” kata Jerry dalam penutupan acara The 2nd Pacific Exposition secara virtual, Sabtu (30/10).
Di samping itu, melalui kegiatan tersebut Jerry berharap dapat membantu mendorong perekonomian, pertumbuhan, khususnya pasca pandemi Covid-19. Dia juga optimistis negara-negara Kawasan Pasifik berpotensi menjadi mitra dalam perdagangan, investasi dan budaya di masa depan.
“Saya senang mendengar nilai transaksi meningkat lebih dari 30%. Itu menunjukkan dan menunjukan ketahanan, serta kemampuan seluruh wilayah untuk bangkit melawan pandemi,” kata Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar dalam kesempatan yang sama.
Mahendra juga menjelaskan, keterlibatan Indonesia dalam kegiatan ini menjadi dasar untuk membangun masa depan melalui pemulihan ekonomi. Mempromosikan perdagangan dan investasi menjadi penting dalam mempercepat ekonomi.
“Kita perlu memastikan bahwa posisi kita di rantai pasokan global, cocok untuk menangkap keuntungan ekonomi,” ujar Mahendra dalam kesempatan yang sama.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik mencatat, neraca perdagangan kembali surplus US$ 4,37 miliar pada September meski kinerja ekspor impor menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor turun 3,84% menjadi US$ 20,6 miliar, sedangkam impor turun 2,67% menjadi US$ 16,23 miliar.
"Secara kumulatif sepanjang Januari-September, surplus neraca perdagangan mencapai US$ 25,07 miliar, lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam keterangan resmi, Jumat (15/10).
Margo menjelaskan, ekspor pada bulan lalu melesat 47,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu meski turun dibandingkan Agustus. Ekspor nonmigas bulan lalu turun 12,56% dibandingkan Agustus, tetapi naik 48,03% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, ekspor migas turun 3,83% dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi naik 39,79% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.