Alasan Pedagang Baju Bekas Impor Enggan Jual Produk UMKM Lokal
Pemerintah akan segera mengehentikan penjualan baju bekas impor dan mendorong pedagang untuk beralih memasarkan produk lokal milik UMKM. Namun demikian, sejumlah pedagang baju bekas impor keberatan untuk menjual produk UMKM tersebut.
Salah satu pedagang baju bekas impor di Pasar Senen, Derri mengatakan, rencana pemerintah tersebut tidak menyelesaikan masalah. menurut pedagang yang sudah bejualan dari 1989 tersebut mengatakan produk lokal memiliki harga yang tidak terjangkau namun kualitasnya tidak jauh lebih bagus dari barang bekas impor.
"Kurang greget aja kalau beralihnya ke barang lokal. Karena kalau barang impor itu kan sudah ketahuan modelnya, dari segi bahannya, kualitasnya juga bagus semua walaupun barangnya barang bekas," ujarnya kepada Katadata, saat ditemui di Pasar Senen Blok III, Jakarta, Kamis (30/3).
Derri mengatakan, menjual produk UMKM lokal belum tentu menguntungkan karena daya tariknya untuk konsumen tidak sebesar barang bekas impor. Barang bekas impor pun bisa dijual dengan harga murah sehingga terjangkau.
"Harganya juga terjangkau, dari tukang becak sampe kalangan atas bisa beli," ujarnya.
Derri mengatakan, pembeli biasanya paling banyak mengeluarkan uang sebesar Rp 500.000 untuk membeli baju bekas impor di Pasar Senen. Namun uang tersebut bisa membeli baju dengan jumlah banyak.
"Biasanya paling banyak Rp 500 ribu, dan mereka sudah bisa dapat 1 karung. Bahkan mereka bisa menjual lagi," kata dia.
Omzet Anjlok
Derri mengatakan, penjualan baju bekas impor di Pasar Senen anjlok setelah ada berita mengenai thrifting dari pemerintah. Stok dari negara pengimpor seperti Malaysia, Korea, hingga Jepang menjadi sedikit. Hal ini menyebabkan harga baju bekas yang dijual di Pasar Senen naik.
Dia menuturkan, kenaikan harga tersebut dan kampanye negatif tentang baju impor bekas membuat usahanya menjadi sepi pembeli. Bahkan, omzetnya turun hingga 50%. Sebelumnya dia bisa mendapatkan keuntungan Rp 1 juta dalam sehari, namun saat ini hanya bisa mencapai Rp 500.000 sehari.
"Pendapatan kita jadi menurun karena pembeli ditakut-takuti oleh pemerintah, bahasanya ada virus lah. Padahal tidak," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan masih mengizinkan pedagang menjual barang bekasnya sampai stok habis. Selanjutnya, pemerintah akan kembali melakukan dialog untuk mencari solusi terbaik.
"Kita masih izinkan pedagang untuk berjualan hingga stoknya habis. Kalau barang dagangannya habis gimana? Nanti kita bertemu lagi untuk membahas kelanjutannya, tidak mungkin pemerintah mau rakyatnya susah," ujarnya di Pasar Senen, Kamis (30/3).
Menurut data Badan Pusat Statistik, Indonesia mengimpor baju bekas dan barang tekstil bekas sebanyak 26,22 ton pada 2022. Nilai total impornya mencapai US$ 272.146 atau sekitar Rp 4,18 miliar (kurs Rp 15.375 per Dolar AS).