Fans KPop Kritik Hyundai soal Rencana Pembelian Alumunium dari Adaro
Pengemar K-pop (Kpopers) bersama Kpop4planet menggelar aksi kreatif di Hyundai Motor Studio, Jakarta untuk mengkritik rencana perusahaan asal Korea Selatan tersebut membeli aluminum dari proyek Adaro di Kalimantan Utara.
Juru Kampanye Kpop4planet Nurul Sarifah mengatakan pasokan alumunium dari Adaro tersebut akan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sehingga mencederai komitmen keberlanjutan Hyundai. Ia menyebut langkah Hyundai justru bertolak belakang dengan promosi mobil listrik ramah lingkungan.
“Sangat mengecewakan apabila Hyundai tetap menyetujui kerjasama pembelian aluminium untuk mobil listrik mereka yang akan diproduksi oleh PLTU batu bara baru,” kata Nurul, mengutip dari keterangan tertulis, Selasa (23/5).
Pada aksi tersebut, para penggemar lagu pop korea, khususnya BTS, membacakan surat terbuka. Penggemar BTS ini menuntut Hyundai untuk mengubah arah kebijakan dan memilih bahan baku yang ramah lingkungan untuk aluminium mereka. Tujuannya agar selaras dengan citra ramah lingkungan yang digaungkan Hyundai bersama BTS.
Kpop4Planet sebelumnya telah meluncurkan petisi yang bertajuk Hyundai “Drop Coal”. Petisi ini merupakan permainan kata dari lagu BTS bertajuk “Mic Drop”. Kpop4planet merekomendasikan Hyundai untuk membeli aluminium yang diproduksi dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) seperti surya dan angin.
Saat ini 10.825 orang yang berasal dari 68 negara telah menandatangani petisi ini. Kpop4Planet juga menyampaikan hasil petisi tersebut kepada Hyundai. Aksi ini dilakukan di depan stasiun pengisian mobil listrik Hyundai di Senayan Park, Jakarta. Kegiatan tersebut diiringi oleh tarian K-pop yang dibawakan para penari dengan menggunakan hazmat.
Kpop4planet melakukan aksi sambil memasang beberapa lagu milik BTS, termasuk “Mic Drop” dan “Dynamite”. Para penari menunjukkan kotak berisi tanda tangan petisi dan memegang spanduk bertuliskan “Kita terlalu lucu untuk musnah dari krisis iklim.”
Pada November 2022, Hyundai dan Adaro Minerals menyepakati perjanjian pembelian aluminum rendah karbon atau green aluminium untuk produksi mobil mereka, termasuk mobil listrik. Hyundai akan membeli 50 ribu-100 ribu ton aluminium per tahun dari smelter Adaro.
Namun, Adaro berencana untuk menggunakan PLTU batu bara baru sebesar 1.1GW untuk memenuhi permintaan smelter aluminium mereka. Kelompok aksi iklim Market Forces mengkalkulasi bahwa Hyundai justru akan menghasilkan emisi sekitar 5.2 juta ton CO2 per tahun melalui aktivitas ini. Sehingga, emisi scope 3 Hyundai diprediksi akan meningkat sebesar 3%-6% dan mengotori tujuan mereka untuk mencapai karbon netral pada 2045.
Sebelumnya, Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia, Christian Ariano Rachmat mengatakan operasional PLTU untuk smelter alumunium hanya sementara sampai PLTA rampung di 2030. "Untuk menuju green alumunium masih butuh proses. Sambil menunggu PLTA jadi, kami bangun dulu smelter meski dengan PLTU," katanya.