TikTok Shop Ditutup, Benarkah Kini Tanah Abang Kembali Bergeliat?
Tiktok Shop resmi ditutup pada Rabu (4/10) sesuai dengan dengan tuntutan para pedagang Tanah Abang. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan aktivitas perdagangan mulai pulih setelah penutupan TikTok Shop yang juga diamini oleh sejumlah pedagang.
Siti Hadijah salah satunya. Ia mengaku telah ada perbaikan penjualan di tokonya yang terletak di lantai tiga Pasar Tanah Abang. Siti yang menjual pakaian dalam wanita tersebut mengaku kini tokonya mencatatkan penjualan antara Rp 500.000 sampai Rp 1,5 juta per hari. Namun, ia tak membeberkan berapa penjualan yang diraih saat Tiktok Shop masih beroperasi.
"Sekarang pengunjung sudah datang sedikit demi sedikit semenjak TikTok Shop ditutup, jadi enggak terlalu merugikan toko," kata Siti yang telah berjualan di Tanah Abang selama 12 tahun terakhir kepada Katadata.co.id, Jumat (13/10).
Senada, pemilik toko batik di lantai 2, Yenyen mencatakan peningkatan penjualan sekitar 6% pada pekan ini dibandingkan pekan sebelumnya. Ia juga mengamati jumlah pengunjung di Pasar Tanah Abang telah meningkat.
Yenyen yang telah berjualan di Tanah Abang sejak 2013 mengklaim, tidak ada satupun pengunjung yang menghampiri tokonya saat TikTok Shop beroperasi. "Kalau sekarang kelihatan orang berdatangan ke toko. Enggak semua pengunjung beli, setidaknya 70% dari pengunjung yang datang beli, lumayan lah," ujar Yenyen.
Saat mengunjungi Pasar Tanah Abang hari ini, Jumat (13/10), Zulhas mengamati Pasar Tanah Abang telah dipenuhi pengunjung. Walau demikian, Politisi PAN ini mengaku jumlah kunjungan ke Pasar Tanah Abang belum seperti prapandemi Covid-19.
Ia mengklaim sebanyak 90% dari penjual di Pasar Tanah Abang telah mencatatkan peningkatan penjualan sejak TikTok Shop ditutup. Menurutnya, hal tersebut merupakan tujuan dari pengaturan perdagangan melalui sistem elektronik melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 31-2023.
"Saya besok akan ke Makassar untuk memeriksa pusat-pusat grosir. Beberapa hari lalu di Semarang, Jawa Tengah juga sudah mulai ada geliat perdagangan," katanya.
Pedagang Pasar Tanah Abang sebelumnya mengaku sulit bersaing dengan penjualan e-commerce atau social commerce seperti TikTok Shop. Pasalnya harga di platform penjualan tersebut dinilai tidak masuk akal karena terlalu murah.
Salah satu pedagang garmen di Pasar Tanah Abang, Yuliarti mengatakan bahwa penjualan di Pasar Tanah Abang saat ini lebih sepi dari masa pandemi. Omzetnya turun lebih dari 50% menjadi rata-rata Rp 1 juta per hari. Padahal, biaya sewa toko mencapai Rp 100 juta per tahun.
Yuliarti yang telah berjualan baju gamis lebih dari 10 tahun di Pasar Tanah Abang itu pun mengaku sebenarnya sudah menjajakan barangnya secara daring untuk bertahan hidup. Namun, barang jualannya kerap tidak terjual sama sekali secara daring.
"Jualan di TikTok tetap sepi penjualannya. Mulai sepi sejak Lebaran 2023, penurunan penjualannya lebih parah dari pandemi," kata Yuliarti di Pasar Tanah Abang, Selasa (19/9).
Pedagang tekstil lainnya, Anton, mengatakan sepinya kunjungan masyarakat ke Pasar Tanah Abang disebabkan oleh pasar daring, khususnya TikTok Shop. Sebab, harga garmen yang dijual di TikTok Shop bisa lebih rendah melebihi 50% dari Pasar Tanah Abang.
"Kami beli bahan, kita bikin sendiri aja gak masuk harganya. Kenapa di online itu bisa Rp 39.000 per pakaian? Gak masuk di akal, " kata Anton.
Anton meminta para pemangku kepentingan melihat asal pengiriman garmen yang dijual di pasar daring tersebut. Menurutnya, mayoritas garmen tersebut dikirim dari luar negeri.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki melakukan kunjungan kerja ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (19/9). Dalam kunjungan tersebut, Teten menemukan omzet para pedagang di Pasar Tanah Abang kini anjlok hingga 50%.
Teten mengatakan, penurunan omzet tersebut tidak disebabkan oleh minimnya adopsi penjualan daring oleh penjual Pasar Tanah Abang. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh banyaknya impor ilegal yang membanjiri pasar Indonesia.
"Saya berkesimpulan produk yang dijual oleh pedagang di Tanah Abang tidak bisa bersaing karena ada produk-produk impor yang dijual di dalam negeri yang harganya sangat murah," kata Teten di Pasar Tanah Abang.