KCIC: Kereta Cepat Balik Modal 40 Tahun, Tak Cuma Bergantung Tiket
PT Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC menepis ramalan Institute For Development of Economics and Finance terkait waktu yang dibutuhkan kereta cepat Jakarta-Bandung untuk balik modal hingga satu abad. Direktur KCIC menegaskan, proyek ini ditargetkan akan balik modal atau mencapai break event point (BEP) dalam waktu 40 tahun.
Dwiyana menjelaskan, proyeksi Indef hanya memperhitungkan pendapatan dari penjualan tiket. Padahal, menurut dia, pendapatan Whoosh juga akan berasal dari pendapatan sewa lokasi dan pengembangan properti di sekitar stasiun.
Salah satu strategi pengembangan properti yang dimaksud adalah rumah susun berbasis transportasi atau TOD. Dwiyana menyatakan, sudah banyak pihak yang menyatakan ketertarikan dalam pengembangan lahan seluas 2,6 hektare di sekitar Stasiun Whoosh Halim.
"Jadi, waktu balik modal sekitar 40 tahun. Memang infrastruktur perkeretaapian seperti itu masa pengembalian modalnya. Apalagi KCIC beli lahan sendiri," kata Dwiyana di Stasiun Whoosh Halim, Selasa (17/10).
Dwiyana mengatakan, pengebangan TOD pertama akan dilaksanakan di Stasiun Whoosh Halim lantaran lahan tersebut sudah selesai diakuisisi. Ia mengaku sedang mencari investor dengan nilai tambah terbaik.
Dwiyana menekankan konsep kerja sama TOD tersebut akan mengusung konsep saling menguntungkan. Oleh karena itu, ia memperkirakan, pengembangan TOD tersebut baru dapat dilakukan paling cepat pada 2028.
Menurut Dwiyana, pendapatan awal Whoosh memang akan bergantung pada penjualan tiket.N Namun, sumber pendapatan Whoosh pada jangka panjang bukan berasal dari penjualan tiket.
"Kami melihat secara pengalaman dan sejarah di beberapa perusahaan kereta api di Eropa atau Jepang pasti begitu. Trennya itu pendapatan tiket dulu, baru dari pendapatan nontiket," katanya.
Dwiyana menjelaskan, alasan perseroan fokus pada pendapatan tiket adalah meningkatkan lalu lintas orang di setiap stasiun Whoosh. Setelah lalu lintas terbentuk, menurut dia, investor secara organik akan tertarik mengembangkan stasiun-stasiun tersebut, khususnya terkait properti TOD.
Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani menjelaskan, sumber pendapatan Whoosh selain penjualan tiket adalah sewa lahan, sponsor, dan hak penamaan stasiun atau naming rights. Adapun Whoosh saat ini memiliki empat stasiun, yakni Stasiun Whoosh Halim, Stasiun Whoosh Karawang, Stasiun Whoosh Padalarang, dan Stasiun Whoosh Tegalluar.
Roshan menilai, proyek Whoosh juga akan mendatangkan transfer teknologi dan meningkatkan performa usaha kecil dan menengah. Secara singkat, Ia menilai, pengoperasian Whoosh juga akan pada perputaran ekonomi dan sosial di Jakarta dan Bandung.
"Kalau dihitung semua dampak dari adanya kereta cepat ini, itu akan signifikan dan bisa menjustifikasi adanya kereta cepat ini," ujarnya.
Indef sebelumnya mensimulasikan empat waktu pengembalian modal Whoosh dari yang tercepat pada 33 tahun sampai terlama hingga 139 tahun.
Indef menghitung pengembalian modal selama 33 tahun dapat dilaksanakan jika okupansi Whoosh mencapai 100%. Tiket Whoosh dalam simulasi itu juga dilego Rp 400.000 dengan jumlah perjalanan harian sebanyak 39 kali.
Sementara itu, pengembalian modal terlama dapat terjadi jika okupansi Whoosh hanya 50% dengan harga tiket dibanderol Rp 250.000 dan jumlah perjalanan harian sebanyak 30 kali.