Pasar Otomasi Global Diperkirakan Capai Rp 3.970 Triliun pada 2027
Pasar otomasi industri global berada pada jalur pertumbuhan yang substansial. Tahun ini, nilainya diperkirakan meningkat menjadi US$ 190,92 miliar atau setara dengan Rp 2.952,93 triliun (asumsi kurs Rp 15.466,85/US$) dari sebelumnya US$ 177,26 miliar pada 2022.
Menurut riset The Business Research Company, pasar otomasi diperkirakan akan terus berkembang, mencapai US$ 256,73 miliar atau setara dengan Rp 3.970,8 triliun pada 2027, dengan mempertahankan tingkat pertumbuhan tahunan yang stabil sebesar 7,7%.
Pasar otomasi industri mengalami peningkatan yang signifikan karena semakin pentingnya robotika. Ini melibatkan desain, manufaktur, dan pengoperasian mesin cerdas, yang semakin terintegrasi ke dalam proses otomasi industri.
"Integrasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi, menggantikan tenaga kerja manual, dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan dalam berbagai proses industri," tulis riset ini dikutip dari Einnews, Minggu (24/12).
Pengiriman Unit Robotika Meningkat
Menurut federasi robotika internasional atau International Federation of Robotics (IFR), peningkatan pengiriman unit robotika secara global meningkat sebesar 12% antara 2020 dan 2022. Ini menggarisbawahi semakin pentingnya robotika dalam mendorong pasar otomasi industri.
Pemain utama yang membentuk lanskap pasar otomasi industri ini, antara lain Emerson Electric Co, General Electric Company, Rockwell Automation Inc., Schneider Electric SE, Siemens AG, dan Mitsubishi Electric Corporation, ABB Ltd.
Lalu, Dassault Systemes SE, Honeywell International Incorporation, Omron Corporation, Endress+ Hauser AG, Yokogawa Electric Corporation, Danaher Corporation, Fuji Electric Co. Ltd., dan Hitachi Ltd.
Kemajuan teknologi, khususnya penggabungan kecerdasan buatan (AI) pada robot, semakin menonjol di pasar otomasi industri. AI memberdayakan robot mempelajari proses secara mandiri, memfasilitasi komunikasi dengan robot lain dan manusia dalam beberapa kasus.
"Para pemain kunci di pasar secara aktif menggabungkan teknologi AI dalam robot industri untuk mempertahankan keunggulan kompetitif," tulis laporan tersebut.
Mitsubishi Electric Corp misalnya, pada Maret 2022 lalu memperkenalkan sistem robot industri baru, yang menggabungkan teknologi Maisart AI. Ini termasuk pengenalan suara presisi tinggi, yang memungkinkan operator menyempurnakan gerakan robot sesuai kebutuhan.
Integrasi Industri 4.0
Integrasi robotika dengan teknologi digital, seperti internet of things (IoT), AI, dan big data analytics ke dalam proses manufaktur, telah mengubah cara industri beroperasi secara signifikan, sehingga menghasilkan peningkatan efisiensi, fleksibilitas, dan produktivitas.
"Hal ini kemudian menjadi corak revolusi industri keempat, atau dikenal juga sebagai "Industri 4.0"," ujarnya.
Salah satu aspek kunci dari Industri 4.0 adalah konsep "smart factory", di mana mesin, sistem, dan proses saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain. Robot merupakan bagian integral dari realisasi pabrik pintar, karena memungkinkan otomatisasi tugas-tugas kompleks dan memfasilitasi pertukaran data real-time antara berbagai tahap produksi.
Interkonektivitas ini memungkinkan pemantauan dan pengendalian proses manufaktur yang lebih baik, sehingga mengurangi waktu henti, meningkatkan kualitas, dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.
Integrasi teknologi AI dan pembelajaran mesin semakin meningkatkan kemampuan manufaktur robot. Teknologi ini memungkinkan robot belajar dari pengalaman, beradaptasi dengan tugas baru menggunakan sistem otomatis, dan mengoptimalkan kinerjanya seiring waktu.
Misalnya, algoritme pembelajaran mesin dapat digunakan untuk menganalisis data sensor dari robot, mengidentifikasi pola, dan memprediksi potensi masalah pemeliharaan sebelum terjadi, sehingga meminimalkan waktu henti dan memaksimalkan produktivitas.