Prabowo Hitung Industri Petrokimia Butuh Investasi Hampir Rp 8.500 T

Andi M. Arief
12 Januari 2024, 14:53
Capres nomor urut dua Prabowo Subianto menyampaikan pendapat saat adu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Debat kali ini bertemakan pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, d
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Capres nomor urut dua Prabowo Subianto menyebut, Indonesia menjadi salah satu negara dengan anggaran belanja penelitian terendah di dunia.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Calon Presiden Nomor Urut Dua Prabowo Subianto menilai Indonesia perlu mengembangkan hilirisasi industri petrokimia. Ia menghitung, kebutuhkan investasi untuk mengembangkan 21 produk hilir petrokimia mencapai US$ 545 miliar atau Rp 8.479 triliun.

Prabowo menjelaskan, salah satu produk hilir industri petrokimia tersebut adalah produk farmasi. Ia mengklaim telah merancang seluruh pohon industri dari investasi tersebut.

"Kita harus mulai dari dasar dan untuk itu kuncinya adalah hilirisasi. Dalam strategi hilirisasi, kami akan teruskan strateginya Pak Jokowi," kata Prabowo dalam Dialog Capres bersama Kadin, Jumat (12/1).

Salah satu produk hilirisasi industri petrokimia adalah bahan baku obat, seperti paracetamol. Oleh karena itu, Prabowo menilai butuh peningkatan belanja penelitian agar hilirisasi di industri petrokimia bisa berlanjut ke pengembangan industri farmasi.

Prabowo menyatakan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan anggaran belanja penelitian terendah di dunia. Menurutnya, anggaran belanja penelitian di dalam negeri hanya 17% dari nilai perekonomian nasional.

Sementara itu, Prabowo mencatat anggaran belanja di negara lain setidaknya 20% dari nilai perekonomian nasionalnya. Ia mencontohkan anggaran belanja penelitian di India dan Turki yang mencapai 28% dari nilai perekonomian masing-masing negaranya.

Prabowo menargetkan penambahan anggaran belanja penelitian sekitar 10% jika dirinya terpilih pada Pilpres 2024. Menurutnya, anggaran belanja tersebut pada akhirnya dapat membangun kilang-kilang petrokimia dan pabrik-pabrik farmasi.

Maka dari itu, ia mendorong pemerintah untuk berani dan prudent dalam pembangunan industri petrokimia di dalam negeri. "Kalau kita tidak berani untuk melakukan hal-hal mendasar, kita tidak bisa menjadi negara industri. Kita harus mandiri di semua sektor yang penting karena kita negara yang sangat besar," ujarnya.

Investasi industri petrokimia terbaru datang dari ExxonMobil Corporation senilai US$ miliar. ExxonMobil berencana membangun kilang petrokimia hijau dan teknologi penyimpanan dan penangkapan karbon di dalam negeri.

Sementara itu, investasi petrokimia yang akan rampung dilakukan oleh PT Lotte Chemical Indonesia senilai US$ 3,9 miliar di Cilegon. Investasi yang dirancang dapat memproduksi 17 komoditas petrokimia tersebut dijadwalkan beroperasi pada Maret 2025.

Beberapa komoditas petrokimia yang dimaksud adalah ethylene, polypropylene, dan benzene. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan hasil produksi petrokimia dari pabrik tersebut mayoritas digunakan untuk kepentingan domestik, dengan porsi 70%. Jokowi berharap keberadaan pabrik ini bisa menekan porsi impor petrokimia. Adapun pembangunan pabrik saat ini telah menyerap 13.000 tenaga kerja.

"Saya kira industri-industri seperti ini yang kita butuhkan,” ujar Jokowi.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...