Pupuk Indonesia Digitalisasi 27 Ribu Kios, Penyelewengan Makin Sulit
PT Pupuk Indonesia melakukan digitalisasi terhadap 27 ribu kios pupuk bersubsidi di seluruh Indonesia. Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi menjelaskan, proses digitalisasi ini mendorong penyaluran pupuk bersubsidi lebih tepat sasaran dan mencegah penyelewengan.
"Dengan digitalisasi, kita bisa lihat penebusan pupuk secara real time siapa dan dimana. Siapa yang menebus, berapa volumenya. Kami ada semua datanya," ujar Rahmad saat ditemui Katadata.co.id, Kamis (6/6).
Rahmad menjelaskan, digitalisasi seluruh kios pupuk bersubsidi ini merupakan arahan Presiden Joko Widodo pada Januari 2024. Jokowi ingin agar para petani hanya perlu membawa KTP untuk menebus pupuk bersubsidi.
"Kami respons dengan digitalisasi 27 ribu kios dan kami berhasil melakukannya dalam 1,5 bulan. Sejak 11 Februari kami sudah go live seluruh Indonesia. Dengan digitalisasi ini, kami bisa pastikan penyaluran pupuk tepat sasaran." kata dia.
Ia menjelaskan, proses pembelian pupuk oleh petani dapat dipantau pihaknya secara detail melalui ruang pusat komando atau command center. Proses digitalisasi, menurut Rahmad, juga sebelumnya telah dibangun perusahaan untuk memantau proses produksi hingga distribusi.
"Jadi di command center ini kami bisa memantau mulai dari produksi pupuk, pergerakan distribusi dari kapal, kondisi gudang, hingga penyalurannya ke tangan petani," kata Rahmad.
Menurut Rahmad, digitalisasi membuat penyelewengan pupuk bersubsidi akan semakin sulit. Ia mencontohkan, jika ada perusahaan yang ingin berbuat curang dengan menggunakan pupuk bersubsidi, maka mereka perlu melibatkan petani dalam jumlah masif.
"Karena sistem yang sangat transparan, tidak bisa melakukan penyelewengan jika tidak melibatkan orang secara masif, jadi memang semakin sulit. Walaupun masih ada penyimpangan, ada regulasi dan pengawasan yang melibatkan aparat penegak hukum," ujar dia.
Selain mencegah penyelewengan, menurut dia, digitalisasi seluruh kios juga memberikan data-data yang menarik. Pihaknya dapat memperoleh informasi untuk membuat perencanaan produksi maupun distribusi pupuk yang lebih baik. "Dengan digitalisasi, kami bisa memastikan ketersediaan pasokan pupuk saat petani memang membutuhkan," ujarnya.
Data-data yang diperoleh, menurut Rahmad juga dapat menjadi acuan untuk melihat indikator produk pertanian, seperti waktu hingga luasan panen. "Kami juga mendigitalisasi seluruh sistem kami sehingga bisa meningkatkan efisiensi pabrik dan operasi," ujarnya.