Mampukah Benih Produktivitas Tinggi Mengatasi Defisit Beras?

Andi M. Arief
19 Juni 2024, 13:46
Wisatawan mancanegara memotret padi beras merah yang dijemur saat masa panen raya di Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali. Selasa (18/6/2024). Tradisi panen padi beras merah yang digelar setiap bulan Juni tersebut menjadi daya tarik pariwisata di kawasan objek w
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/YU
Wisatawan mancanegara memotret padi beras merah yang dijemur saat masa panen raya di Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali. Selasa (18/6/2024). Tradisi panen padi beras merah yang digelar setiap bulan Juni tersebut menjadi daya tarik pariwisata di kawasan objek wisata yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia itu.
Button AI Summarize

PT Botani Seed Indonesia menyatakan, penanaman benih padi berproduktivitas tinggi belum pasti mendongkrak produksi beras pada paruh kedua tahun ini. Sebanyak 60% pasar benih padi nasional masih didominasi Benih Padi Ciherang dan Benih Padi Inpari 32.

Direktur Botani Seed Dadang Syamsul Munir menghitung, produktivitas beras dari benih Ciherang dan Inpari 32 hanya 4-7 juta ton per hektare. Adapun produktivitas sawah di dalam negeri adalah 5,2 ton per hektare.

Dadang menyampaikan, benih IPB 3S dan IPB 9G besutannya memiliki produktivitas 6-8 ton per hektare. Menurutnya, kedua benih tersebut telah ditanam di Lamongan, Jawa Tengah sekitar 30.000 hektare pada pertengahan April 2024 .

"Perkiraan luas lahan yang ditanam padi pada Mei-Desember 2024 mencapai 7,5 juta hektare. Jadi, benih produksi kami tidak berkontribusi secara langsung ke produksi beras nasional tahun ini," kata Dadang dalam konferensi pers, Rabu (19/6).

Dadang menyampaikan, benih IPB 3S dan IPB 9G belum dapat mengubah tren defisit produksi beras yang dimulai pada bulan ini.

Berdasarkan data Bapanas, volume produksi beras pada paruh pertama tahun ini mencapai 16,49 juta ton. Angka tersebut telah lebih rendah 2,15 juta ton atau 11,53% dari capaian Januari-Juni 2023 sejumlah 18,64 juta ton.

Defisit neraca produksi beras diperkirakan minus sekitar 570.000 ton pada bulan ini. Produksi beras diperkirakan susut 43,85% secara bulanan menjadi 2,01 juta ton, sedangkan volume naik 10.000 ton menjadi 2,58 juta ton.

Dadang menilai, rendahnya produktivitas padi di dalam negeri didorong oleh lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan. Menurutnya, produktivitas padi pada lahan tersebut hanya 3-4 ton per hektare.

IPB 3S dan IPB 9G dapat mendorong produktivitas pada lahan tersebut menjadi 4-5,5 ton per hektare. Dadang berpendapat langkah tersebut dapat menjawab permasalahan defisit neraca produksi beras yang terjadi sejak tahun lalu.

"Kedua benih tersebut belum bisa mengubah sekaligus kondisi produksi beras tahun ini karena kontribusinya masih minor atau hanya 15% dari total benih di pasar," ujarnya.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, benih padi IPB 9G merupakan varietas unggul. Sebab benih tersebut memiliki produktivitas tinggi,  tahan hama, dan menekan penggunaan pupuk.

Amran menyampaikan, benih IPB 9G dapat menghemat penggunaan pupuk sebesar 20%. Dengan kata lain, pemerintah dapat menghemat anggaran pupuk bersubsidi nasional hingga Rp 10 triliun per tahun.

"Kika dari IPB University sanggup produksi lebih banyak lagi, 50.000 ton misalnya, kami juga langsung beli,” kata Amran.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...