Mentan Amran: Produksi Beras Akhir Tahun Terancam Kemarau dan El Nino

Andi M. Arief
20 Juni 2024, 18:50
padi, beras, musim tanam, produksi beras
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/YU
Petani menjemur padi beras merah saat masa panen raya di Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali. Selasa (18/6/2024). Tradisi panen padi beras merah yang digelar setiap bulan Juni tersebut menjadi daya tarik pariwisata di kawasan objek wisata yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia itu.
Button AI Summarize

Menteri Pertanian Amran Sulaiman memproyeksikan produksi beras nasional akan terjaga hanya sampai September 2024. Musim tanam Juli-September 2024 terancam oleh musim kemarau dan El Nino yang datang bersamaan.

Amran mengatakan, kondisi saat ini serupa dengan musim tanam Oktober-Desember 2023 yang terganggu El Nino. Alhasil, luas tanam pada tiga bulan terakhir tahun lalu hanya 500.000 hektare yang membuat neraca produksi beras Januari 2024 defisit.

"Neraca produksi beras Oktober-Desember 2024 berbahaya karena kami belum tahu luas tanam padi pada bulan ini dan bulan depan," kata Amran dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, Kamis (20/6).

Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, defisit neraca produksi beras pada Januari-Februari 2024 mencapai 2,92 juta ton.

El Nino pada tahun lalu dimulai pada Juli 2023 hingga akhir tahun. Dengan demikian, El Nino membuat neraca produksi beras konsisten defisit selama delapan bulan berturut-turut sejak Juli 2023 hingga Februari 2024.

Amran menyampaikan, El Nino menjadi akar utama sebagian padi yang ditanam di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada Oktober-November terbakar matahari.

Ia menjelaskan musim tanam Oktober-November 2023 diguyur hujan hanya dua minggu pertama setiap bulannya. Menurutnya, kondisi tersebut belum pernah terjadi di dalam negeri sebelumnya.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memproyeksikan neraca produksi beras Juni-Juli 2024 akan defisit hingga 1 juta ton. Alhasil, neraca produksi beras pada Januari-Juli 2024 susut 80,24% secara tahunan menjadi sekitar 650.000 ton.

Arief menjelaskan neraca produksi beras akan tetap positif selama luas tanam padi menembus 1 juta hektare. Sebab, 1 juta hektare padi umumnya akna menghasilkan beras hingga 2,55 juta ton atau setara dengan kebutuhan beras nasional per bulan.

Ia sebelumnya memperkirakan potensi penurunan volume produksi beras pada tahun ini bisa mencapai 5 juta ton. "Kalau melihat grafik dan pole, produksi beras tahun ini agak berat. Berdasarkan diskusi kami dengan Menteri Pertanian, produksi beras diproyeksi turun sekitar 5 juta ton tahun ini," katanya.

Walau demikian, Arief mengaku belum berencana menambah kuota impor beras mencapai 3,6 juta ton di 2025. Pihaknya akan terus mendorong ketersediaan beras dari dalam negeri pada paruh kedua tahun ini.

Menurutnya, importasi beras hanya akan memindahkan nilai industri beras yang seharusnya dinikmati di dalam negeri ke petani asing hingga Rp 30 triliun. Selain itu, sumber beras impor dinilai semakin sulit dengan melemahnya nilai tukar rupiah menjadi Rp 16.300 per dolar Amerika Serikat. 

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...