Pemerintah Dinilai Terlambat Terapkan Euro 5, Industri Otomotif Merugi

Andi M. Arief
10 Juli 2024, 21:30
industri otomotif, standar emisi, euro 5, euro 4, gaikindo
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/rwa.
Petugas melakukan uji emisi kendaraan di Jalan Raya Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/12/2023).
Button AI Summarize

Gabungan Industri Otomotif Indonesia atau Gaikindo menyatakan pemerintah telah terlambat untuk meningkatkan standar emisi gas buang. Alhasil, banyak kerugian yang dialami oleh industri otomotif nasional, salah satunya beban produksi mobil yang lebih tinggi dari negara kompetitor di Asia Tenggara.

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mencatat standar gas buang di dalam negeri adalah Euro 4. Sementara itu, standar yang kini berlaku di Thailand dan Vietnam adalah Euro 5.

"Akan ada biaya rekayasa tambahan jika model mobil baru di luar negeri masuk ke dalam negeri. Alhasil, produksi tidak efisien dan tidak ada investor kendaraan konvensional baru di dalam negeri," kata Kukuh di Kementerian Perindustrian, Rabu (10/7).

Selain biaya rekayasa tambahan, Kukuh mencatat biaya tambahan datang dari penambahan lini produksi khusus ekspor. Sebab, hanya Indonesia yang belum menerapkan standar Euro 4, sedangkan pasar ekspor utama di Asia Tenggara telah menerapkan Euro 5.

Kukuh mencatat seluruh produsen mobil kini mampu memproduksi mobil dengan standar Euro 5 dan Euro 6 sejak 2022. "Ini menjadi isu karena mengubah rencana besar mayoritas produsen mobil di dalam negeri karena belum siapnya bahan bakar," katanya.

Adapun penjualan mobil sepanjang paruh pertama konsisten lebih rendah secara tahunan. PT Astra International Tbk mendata angka penjualan mobil turun 19% menjadi 408.012 unit.

Di sisi lain, Kukuh menyampaikan mulai ada pergeseran preferensi konsumen dari mobil konvensional ke mobil listrik. Hal tersebut ditunjukkan dari meningkatnya kontribusi penjualan mobil listrik pada Januari-Mei 2024 menjadi 9,3% dari capaian 2023 sebesar 7,1%.

Kukuh menilai penjualan LCEV pada akhir tahun ini dapat melampaui capaian tahun lalu sejumlah 71.358 unit. Namun Kukuh mengakui produk LCEV yang dijual di dalam negeri belum sesuai dengan preferensi konsumen nasional.

Kukuh menjelaskan konsumen lokal cenderung membeli mobil dengan harga di bawah Rp 300 juta yang mampu mengangkut tujuh orang. Selain itu, penjualan kendaraan emisi rendah masih terhambat kecemasan konsumen terkait performa LCEV.

"Kecemasan itu tidak akan hilang dalam waktu satu sampai dua tahun. Konsumen di Eropa saja masih banyak pertimbangan untuk membeli LCEV," ujarnya.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...