Sandiaga Proyeksi Pengeluaran Wisman Dapat Naik 3 Kali Lipat Akibat Golden Visa
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan kebijakan Golden Visa dapat menggenjot pengeluaran wisatawan mancanegara atau wisman hingga tiga kali lipat. Turis-turis tersebut juga berpotensi mengajak mitra bisnisnya dari luar negeri.
Sandiaga mencatat target pengeluaran wisman sejauh ini adalah US$ 1.000 atau Rp 16,26 juta per orang. Dengan Golden Visa, wisman asal Eropa dapat menghabiskan US$ 3.000 per orang.
Pengeluaran wisman dari Amerika Serikat juga dapat mencapai nominal turis Benua Biru. "Artinya, Golden Visa bukan hanya dapat meningkatkan jumlah wisatawan berkualitas tapi membuka peluang investasi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," kata Sandiaga di Hotel The Ritz-Carlton, Jakarta, Kamis (25/7).
Ia menyebut beberapa investor telah menyatakan minatnya berinvestasi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif nasional. Mereka berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah.
"Pebisnis tersebut akan mengajak lebih banyak investor maupun mitranya untuk melihat Indonesia sebagai tujuan investasi. Pada akhirnya, kebijakan ini akan memperkuat industri pariwisata dan ekonomi kreatif," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata rata-rata pengeluaran wisman pada Januari hingga Maret 2024 mencapai US$ 1.429 atau Rp 23,1 juta per orang. Angka ini turun 12,06% dari capaian sepanjang tahun lalu sebesar US$ 1.652,36 per orang.
Sandiaga sebelumnya mengatakan capaian tersebut lebih tinggi dari negara lain di Asia Tenggara. Karena itu, ia berniat mengubah fokus turis asing dari jumlah kunjungan menjadi nilai pengeluaran dan lama tinggal.
Jumlah kunjungan wisman pada Januari sampai April 2024 lebih tinggi 24% dari target batas atas pemerintah atau mencapai 4,09 juta orang. Total target kunjungan wisman pada tahun ini dipatok 14 juta hingga 17 juta orang. Pada April lalu, angkanya naik 23,22% secara tahunan menjadi 1,06 juta orang.
Terkait pengeluaran, biaya akomodasi menjadi kontributor terbesar belanja para turis asing tapi persentasenya menurun selama empat tahun terakhir. Angkanya pada Januari hingga April 2024 lebih rendah dibandingkan masa pandemi Covid-19 pada 2020 sampai 2023. Sandiaga menyebut turunnya biaya akomodasi saat ini akibat tidak ada lagi proses karantina untuk masuk Indonesia.