Luhut akan Pasang Sensor Gas Buangan di Pabrik Sekitar Jakarta Tekan Polusi

Agustiyanti
15 Agustus 2024, 07:12
luhut, polusi, kualitas udara
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/nz
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, pemasangan sensor pentung untuk mendeteksi gas yang dikeluarkan dari pabrik-pabrik, seperti dioksin atau zat berbahaya lainnya.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Pemerintah berencana memasang sensor di pabrik-pabrik sekitar Jakarta untuk mendeteksi jenis gas yang dilepaskan. Upaya ini dilakukan untuk menekan polusi udara.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, pemasangan sensor pentung untuk mendeteksi gas yang dikeluarkan dari pabrik-pabrik, seperti dioksin atau zat berbahaya lainnya. Gas buangan pabrik harus dipantau secara ketat, karena dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

Ia menekankan bahwa rencana pemasangan sensor itu merupakan bagian dari tanggung jawab pemerintah dalam menjaga kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Ia juga menekankan bahwa tanggung jawab ini tidak hanya berada di pundak pemerintah, tetapi seluruh elemen masyarakat.

Luhut juga meminta masyarakat untuk memberikan masukan yang konstruktif terkait langkah-langkah ini, tanpa memperkeruh suasana. Ia menekankan pula bahwa pemerintah tidak memiliki pilihan lain, jika ingin menjaga kesehatan masyarakat dari dampak buruk polusi udara.

"Jadi saya mohon, kalau ada masukan silahkan. Tapi jangan ribut-ribut, pemerintah lakukan ini, kita nggak ada pilihan, kalau mau bikin sehat, yang kita harus lakukan," ujar Luhut pada Rabu (14/8), seperti dikutip dari Antara.

Pemasangan sensor di pabrik ini krusial karena kualitas udara di Jakarta yang belakangan berbahaya karena berada di indeks antara 170 hingga 200. 

Selain rencana pemasangan sensor untuk mendeteksi jenis gas dari pabrik-pabrik, pemerintah juga mendorong percepatan implementasi penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur.

Luhut menambahkan, polusi udara telah menimbulkan dampak kesehatan yang serius. Pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar Rp 38 triliun setiap tahunnya untuk biaya pengobatan masyarakat akibat polusi udara.

"Karena akibat (indeks kualitas) udara yang 170-200 indeks ini, itu banyak yang sakit ISPA. Kalian itu kena, saya juga kena. Jadi ini beban kita rame-rame," ujarnya lagi.

Luhut juga mengungkapkan rencana penutupan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, di Cilegon, Banten, demi menekan polusi udara di Jakarta. Menurut dia, hal itu dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam mengatasi polusi udara khususnya di wilayah DKI Jakarta. Untuk itu, pihaknya akan mengkaji mengenai hal tersebut, apalagi PLTU tersebut sudah beroperasi lebih dari 40 tahun.

Dia mengatakan bahwa pihaknya akan segera melakukan rapat untuk menindaklanjuti rencana penutupan PLTU tersebut, sehingga indeks kualitas udara Jakarta bisa di bawah 100.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...