Bagaimana Angka Pengangguran Cetak Rekor Terendah dalam Sejarah Meski PHK Marak?
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Joko Widodo pada Rabu (14/9). Ida menyebut tingkat pengangguran terbuka berhasil ditekan ke level terendah sepanjang sejarah ke level 4,8% berdasarkan data Februari 2024 meski belakangan ramai pemberitaan terkait gelombang PHK.
"Kami banyak melakukan transformasi dan satu yang menggembirakan saya, data di Februari 2024, Badan Pusat Statistik merilis TPT (tingkat pengangguran terbuka) kita sudah pada posisi 4,8%. Itu capaian TPT terendah sejak reformasi," kata Ida.
Menurut Ida, pihaknya terus berupaya menekan tingkat pengangguran dengan menjalin dialog intensif bersama pengusaha dan pekerja. Ia meminta pengusaha agar tidak mudah mengambil kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan dan menerapkan berbagai opsi lainnya di tengah pelemahan perekonomian global.
Namun demikian, Ida tak memungkiri masih banyak PHK terjadi di industri, terutama teskti. Ini akibat melemahnya ekonomi global yang membuat ekspor industri tekstil menurun. Ekspansi bisnis di sektor tekstil yang menurun berdampak pada ketersediaan lapangan kerja.
"Banyak perusahaan mereka ekspor, karena kondisi ekonomi global tak baik baik saja, di antaranya kemudian saya kira gaya pembeli berubah sekarang, teknologi di pabrik tekstil juga butuh penyesuaian-penyesuaian kebutuhan teknologi dan perkembangannya," kata dia.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah tenaga kerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja mencapai 42.863 orang sepanjang Januari-Juli 2024. Sebanyak 22.356 atau 52,15% orang yang ter-PHK berasal dari industri pengolahan.
Adapun angka pengangguran yang dikutip Ida merupakan data BPS hingga Februari 2024. Penduduk yang menganggur, menurut BPS, adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu.
BPS mencatat jumlah penduduk yang menganggur mencapai 7,2 juta, turun dibandingkan Februari 2023 yang mencapai 7,99 juta orang. Meski ada puluhan ribu orang yang terkena PHK meningkat, lapangan kerja baru terlihat meningkat. Ini tercermin dari data porsi pekerja sektor formal yang meningkat dari 39,88% pada Februari 2023 menjadi 40,83% pada Februari 2024.
CEO Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Anton Rizki Sulaiman menilai, PHK memang banyak terjadi di sektor tekstil. Tren ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. "Namun, apakah ada pembukaan lapangan kerja ada yang bisa "menggantikan", saat ini saya kebetulan belum punya datanya," ujar Anton.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), ada 64.855 pekerja di Indonesia yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 2023. Pada Januari-Februari 2024, terdapat sekitar 7 ribu orang yang terkena PHK, sedangkan Januari-Juli 2024 mencapai 42.863 orang.