Pengusaha Sawit: Pasar Eropa Sudah Tidak Strategis Lagi

Andi M. Arief
29 Agustus 2024, 15:50
sawit, eropa deforestasi, kelapa sawit
ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/nym.
Pekerja menata tandan buah kelapa sawit ke atas truk di Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (31/1/2024). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, sejak tahun 2017 hingga 23 Januari 2024 penyaluran dana program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp752,41 miliar yang diberikan kepada 11.858 pekebun dengan areal seluas 26.651 hektare.
Button AI Summarize

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki menilai, Uni Eropa sudah tidak menjadi pasar yang strategis bagi produk sawit Indonesia. Kontribusi volume ekspor minyak sawit mentah atau CPO dan turunannya ke Benua Biru kini hanya tersisa 12% dari total volume ekspor.

Berdasarkan data Gapki, kontribusi ekspor CPO dan turunannya ke Uni Eropa hanya 8,12% atau 275.000 ton per Juni 2024. Angka tersebut lebih rendah 12,97% dari capaian Mei 2024 sekitar 316.000 ton.

"Kontribusi volume ekspor ke Uni Eropa pernah 20%, tapi sekarang hanya sekitar 12% per tahun. Jadi, kami melihat pasar Eropa tidak lagi strategis," kata Ketua Bidang Kampanye Positif Gapki Edi Suhardi di CNBC Indonesia: Trade Corner Special Dialogue, Kamis (29/8).

Edi menilai, berkurangnya permintaan ekspor CPO dari Uni Eropa akan diperburuk dengan Regulasi Deforestasi Uni Eropa atau EUDR. Aturan tersebut akan diimplementasikan mulai Januari 2025 pada tujuh komoditas, yakni CPO, sapi, kacang kedelai, kopi, kakao, kayu, dan karet.

Secara singkat, EUDR mengharuskan tujuh komoditas tersebut diproduksi dengan cara yang tidak merusak lingkungan. Namun Edi mengatakan Uni Eropa belum menerbitkan petunjuk teknis maupun peta yang akan dipakai dalam implementasi EUDR.

Oleh karena itu, Edi memproyeksikan implementasi EUDR akan menyingkirkan petani sawit kecil dari pasar ekspor. Mayoritas petani sawit kecil belum memiliki dokumen resmi terkait kepemilikan tanah maupun mematuhi batas area hutan.

Edi pun mendorong pemerintah untuk memfasilitasi promosi CPO lokal di pasar non tradisional, seperti negara-negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan. Alhasil, Edi menyarankan agar pemerintah membangun kesadaran baru agar eksportir fokus menyasar pasar-pasar non tradisional.

"Walaupun pasar Eropa secara ekonomi sudah tidak signifikan, eksportir lokal masih memperitmbangkan Eropa karena punya standar yang tinggi, tapi sebenarnya mereka mendorong aturan yang tidak masuk akal," katanya

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan EUDR tidak akan memengaruhi kinerja industri minyak kelapa sawit nasional. Pemerintah berencana meningkatkan konsumsi CPO nasional melalui program biodiesel.

Pemerintah telah mengimplementasikan program campuran 35% CPO ke solar atau B35 saat ini. Campuran tersebut akan dinaikkan pada 1 Januari 2025 menjadi B40.

Zulhas mengatakan, pemerintahan selanjutnya akan kembali menaikkan angka campuran tersebut hingga menjadi B60. Selain itu, pemerintah sedang mencoba mencampurkan CPO ke bahan bakar pesawat terbang atau avtur

Sejauh ini, pemerintah telah berhasilkan mencampurkan 2,4% CPO dengan avtur melalui program Bioavtur J.24. Angka tersebut diproyeksikan dapat terus dinaikkan hingga 50%.

"Kalau program Bioavtur bisa diimplementasikan, serapan CPO oleh pemerintah bisa bertambah 3 juta ton. Justru pasar dalam negeri akan perlu banyak CPO," kata Zulhas.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...