Prabowo Ingin Bangun Tanggul Laut dari Banten hingga Gresik, Butuh 20 Tahun

Mela Syaharani
31 Oktober 2024, 12:37
Tanggul raksasa (Giant Sea Wall) yang di bangun untuk menghalau laju air laut di wilayah pesisir Cilincing, Jakarta Utara, Selasa, (3/8/2021). Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden belum lama menyatakan prediksi tenggelamnya DKI Jakarta dalam kurun wakt
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Tanggul raksasa (Giant Sea Wall) yang di bangun untuk menghalau laju air laut di wilayah pesisir Cilincing, Jakarta Utara, Selasa, (3/8/2021). Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden belum lama menyatakan prediksi tenggelamnya DKI Jakarta dalam kurun waktu 10 tahun mendatang. Pernyataan ini disampaikan ketika menyinggung bahaya pemanasan global saat berpidato di Kantor Direktur Intelijen Nasional, Selasa (27/7/2021) lalu.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Utusan Khusus Presiden untuk Energi dan Lingkungan Hidup Hashim Djojohadikusumo menyatakan, pemerintah harus segera mulai membangun tanggul laut raksasa atau giant sea wall yang terbentang dari Banten hingga Gresik, Jawa Timur. Pengerjaan proyek yang masuk dalam program kerja Presiden Prabowo Subianto ini kemungkinan membutuhkan waktu hingga 20 tahun.

Hashim menyampaikan, dengan perkiraan waktu tersebut, maka proyek ini kemungkinan dilaksanakan oleh kepemimpinan dua atau tiga presiden Indonesia.

“Kita mulai sekarang, kalau tidak sawah-sawah di pantai utara Jawa akan tenggelam. Bisa berapa juta hektare sawah kita hilang. Jadi ini semacam emergency, harus segera karena pembangunannya perlu waktu yang cukup lama,” kata Hashim saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan pada Kamis (31/10).

Dia mengatakan sawah-sawah di pantai utara jawa berfungsi sebagai sumber beras dan pangan nasional. Selain penyelamatan sawah di pesisir utara Jawa, Hashim mengatakan pembangunan tanggul laut juga dilandasi oleh kondisi penurunan permukaan tanah, khususnya di Jakarta.

“Di Teluk Jakarta kan permukaan tanahnya ambles, kita tahu itu. Disaat yang sama permukaan laut meningkat karena perubahan iklim,” ujarnya.

Hashim menyampaikan, pembangunan tanggul laut ini sebetulnya merupakan program lama yang sudah dicanangkan sejak 1994, namun hingga saat ini belum ada perkembangan yang signifikan.

“Berarti sudah 30 tahun lalu tapi sampai sekarang belum jalan. Nah, rencananya kan sudah ada, konsultan-konsultan sudah menyusun. Tapi mungkin harus diperbaiki,” ucapnya.

Hashim sebelumnya mengatakan pembangunan tanggul laut Pantura akan dilakukan dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha. Nantinya, porsi kepemilikan pemerintah dalam infrastruktur tersebut hanya 20%, sedangkan selebihnya akan ditutup oleh sektor swasta.

Ada beberapa investor asing yang tertarik bergabung dalam proyek tersebut, seperti dari Uni Emirat Arab dan Cina. Namun, Hashim belum merinci lebih lanjut potensi investasi dari pembangunan tanggul tersebut.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memproyeksikan pembangunan giant sea wall di Pulau Jawa diawali dengan pengadaan tanggul laut di wilayah pesisir DKI Jakarta senilai Rp 164,1 triliun. 

Pembangunan giant sea wall di Pantura dinilai mendesak seiring laju penurunan tanah di wilayah itu berada di kisaran 1 sentimeter hingga 25 sentimeter per tahun. Di sisi lain, terdapat ancaman dari lepas pantai berupa kenaikan permukaan air laut hingga 1 cm-15 cm per tahun di beberapa lokasi serta fenomena banjir rob.

“Ancaman penurunan tanah, dan banjir rob membahayakan keberlangsungan aktivitas ekonomi dan aset infrastruktur ekonomi nasional di wilayah tersebut,” kata Airlangga saat memberikan sambutan dalam Seminar Nasional Giant Sea Wall di Hotel Kempinski Jakarta pada Rabu (10/1).

Reporter: Mela Syaharani
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...