Mendag Budi: Negosiasi IEU-CEPA dengan Uni Eropa Rampung Kuartal I 2025

Andi M. Arief
22 Januari 2025, 11:56
Menteri Perdagangan Budi Santoso, uni eropa, ieu-cepa, perundingan dagang
ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/foc.
Menteri Perdagangan Budi Santoso.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan pihaknya telah menggelar perundingan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif dengan perwakilan Uni Eropa atau IEU-CEPA pada bulan lalu. Ini menjadi perundingan ke-20 yang dimulai sejak Juli 2016.

Kedua belah pihak belum kunjung mencapai kata sepakat. Walau demikian, Budi belum mengubah target penyelesaian negosiasi IEU-CEPA, yaitu kuartal pertama tahun ini.

"Sekarang sedang dijadwalkan perundingan ke-21 IEU-CEPA. Sebenarnya perundingan ke-20 hanya belum sepakat terkait masalah teknis saja," katanya di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (22/1).

Mendag memastikan hasil kemenangan Indonesia dalam sengketa sawit dan biodiesel melawan Uni Eropa di sidang Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) beberapa waktu lalu tidak akan berdampak pada proses negosiasi. 

Keputusan sidang WTO muncul pada pekan lalu. Uni Eropa kini harus menerbitkan regulasi baru yang tidak mendiskriminasi produk sawit dan biodiesel Tanah Air, selambatnya pada awal Maret 2025. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan kemenangan itu dapat mempercepat penyelesaian IEU-CEPA. “Saya berharap hambatan yang selama ini di perundingan IEU-CEPA dapat dihilangkan, sehingga kami bisa segera menyelesaikannya,” ujarnya pada Jumat pekan lalu.

Ia berpendapat, Benua Biru kini harus menerima biodiesel berbasis kelapa sawit. Selama ini Uni Eropa hanya mengizinkan biodiesel berbasis minyak nabati lainnya, seperti biji bunga matahari, kedelai, dan biji rapa.

Diskriminasi muncul ketika UE menerbitkan  kebijakan European Union on Deforestation-free Regulation (EUDR), yang mengatur produk bebas deforestasi.  EUDR awalnya direncanakan berlaku mulai 2025, tapi pelaksanaannya ditunda hingga 2026.

Airlangga menilai penundaan ini menunjukkan pengakuan Uni Eropa terhadap kelapa sawit Indonesia. “Ini memberikan kesempatan bagi Indonesia dan Malaysia untuk memperkuat strategi implementasi agar sawit juga tidak didiskriminasi,” ucapnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan