Pengusaha Otomotif Bantah Adanya Ancaman PHK di Industri Truk

Ringkasan
- Gaikindo melaporkan penurunan penjualan truk sebesar 2,79% pada awal 2025, tetapi membantah adanya PHK massal di industri tersebut. Penjualan truk dinilai masih stabil di atas 12.000 unit per bulan.
- KSPI menyatakan adanya ancaman PHK di pabrik truk Jepang akibat meningkatnya impor truk Cina, meskipun Gaikindo menyebut volume impor tersebut masih kecil. Hanya ada satu merek truk Cina, yaitu FAW, yang diimpor ke Indonesia.
- KSPI juga mencatat potensi PHK di sektor manufaktur akibat penurunan daya beli dan meningkatnya biaya produksi, beberapa perusahaan elektronik di Bekasi bahkan berencana merelokasi pabrik.

Gabungan Industri Otomotif Indonesia atau Gaikindo mengakui industri truk nasional mengalami penurunan penjualan secara tahunan. Namun, mereka membantah terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri kendaraan berat seperti truk.
Berdasarkan data Gaikindo, volume penjualan truk di dalam negeri susut 2,79% secara tahunan menjadi 24.648 unit pada Januari-Februari 2025. Penjualan truk pada dua bulan pertama tahun ini hanya lebih rendah 710 unit dari capaian Januari-Februari 2024 sejumlah 25.358 unit.
Namun menurut Gaikindo, volume penjualan dinilai masih stabil atau lebih dari 12.000 unit per bulan. Mereka juga meragukan PHK terjadi karena penjualan tak anjlok signifikan.
"Saya agak sangsi kalau ada isu Pemutusan Hubungan Kerja massal di industri truk, karena kinerjanya secara keseluruhan masih biasa-biasa saja. Memang ada penurunan penjualan, tapi tidak ada lonjakan yang tajam," kata Sekretaris Jenderal Gaikindo, Kukuh Kumara, kepada Katadata.co.id, Jumat (21/3).
Seperti diketahui, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia menyatakan ada ancaman PHK di pabrik truk hasil investasi asal Jepang. Beberapa produsen yang dimaksud adalah Toyota, Hino, Mitsubishi, dan Isuzu.
PHK massal diduga berakar dari meningkatnya impor truk asal Cina. Gaikindo mendata hanya ada satu pabrikan yang mengimpor truk dari Cina, yaitu PT Gaya Makmur Indonesia dengan merek FAW. Volume impor truk FAW dari Cina meningkat 141,67% secara tahunan pada Januari-Februari 2025, mencapai 116 unit.
Kukuh mengakui ada indikasi peningkatan impor truk dari Negeri Panda, namun data impor truk saat ini masih belum akurat. Selain itu, volume impor truk yang terdata di bawah 1% dari total penjualan truk sejauh ini.
"Tidak ada rencana PHK di pabrikan truk dengan merek asal Jepang. Lagipula volume impor truk dari Cina kecil dan itu hanya satu merek," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden KSPI Said Iqbal menemukan ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal di sektor manufaktur, khususnya industri elektronik dan otomotif. Informasi ini diperoleh dari serikat pekerja di masing-masing pabrik.
Said memperkirakan ribuan buruh di pabrik otomotif berpotensi mendapatkan PHK lantaran adanya peningkatan impor truk asal Cina. Namun Said tidak merinci lebih jauh terkait data impor truk asal Negeri Panda sejak awal tahun ini.
"Oleh karena itu, pemerintah harus bersungguh-sungguh dalam menangani badai PHK ini," ujarnya pada Kamis (
Said juga mengungkapkan bahwa dua perusahaan manufaktur produk elektronik di Bekasi akan menutup pabriknya. Meski enggan menyebutkan nama perusahaan, ia menyebut bahwa pabrik-pabrik tersebut berencana pindah ke Jepang dan Cina karena biaya produksi di Indonesia dinilai kurang kompetitif.
Said menilai bahwa gelombang PHK sejak awal tahun ini dipicu oleh pelemahan daya beli masyarakat. Menurunnya daya beli menyebabkan berkurangnya volume pembelian barang, yang kemudian berdampak pada penurunan produksi di pabrik.
"Penurunan permintaan membuat biaya produksi meningkat. Akibatnya, beberapa pabrikan memilih efisiensi atau relokasi demi menekan biaya," kata Said.
Ia mengatakan bahwa skenario terburuk dari penurunan produksi adalah perusahaan terpaksa mengajukan pailit. Dari 50 perusahaan yang menghentikan produksi pada Januari-Februari 2025, sebanyak 15 di antaranya dinyatakan pailit.