Ingin Naik Kelas, Pelaku UMKM Didorong Masuk ke Era Digitalisasi


Wakil Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Helvi Yuni Moraza, menargetkan 4,5 juta pelaku UMKM untuk masuk ke pasar digital pada tahun ini. Sebab, digitalisasi dinilai menjadi pondasi penting dalam perluasan pasar dan integrasi dengan rantai pasok pelaku UMKM.
Hervi menegaskan, adopsi digital oleh pelaku usaha masih belum optimal lantaran total UMKM yang tergabung di lokapasar baru mencapai 25,5 juta unit. Menurutnya, rendahnya digitalisasi membuat indeks daya saing digital nasional hanya ada di peringkat 43 secara global.
"Padahal, potensi ekonomi digital nasional mencapai US$ 77 miliar pada 2022. Temasek melaporkan transaksi ekonomi digital pada tahun tersebut setara dengan 41,9% dari total transaksi ekonomi digital di Asia Tenggara," kata Helvi dalam peresmian Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Koperasi dan UMKM Sumatra Barat, Senin (28/4).
Dia menjelaskan PLUT Koperasi dan UMKM Sumatera Barat menyediakan fasilitas pengemasan bersama, fasilitas pemasaran langsung di platform lokapasar, dan pelatihan bagi pelaku UMKM sebelum merambah lokapasar.
Helvi pun mendorong agar wirausahawan muda menggunakan fasilitas di PLUT Sumatra Barat. Sebab, Helvi menilai fasilitas di PLUT Sumatra Barat akan sangat efektif meningkatkan kapasitas wirausahawan di sektor ekonomi kreatif.
"Kami akan bekerja sama dengan semua pihak yang berkomitmen untuk menumbuh kembangkan dan meningkatkan kelas UMKM," ujarnya.
Selain digitalisasi, Kementerian UMKM juga telah meluncurkan program Mikro Net yang memasukkan usaha mikro dalam rantai pasok usaha kecil dan usaha menengah. Menurutnya, masuknya usaha mikro ke dalam ekosistem rantai pasok penting untuk meningkatkan efisiensi industri logistik nasional.
Mengutip laporan Bank Dunia yang menunjukkan peringkat kinerja kegiatan logistik Indonesia hanya menduduki peringkat 61 dari 138 negara pada 2023. Posisi tersebut jauh dari negara tetangga, seperti Vietnam di peringkat 43, Malaysia di posisi 26, Thailand di rangking 24, dan Singapura di urutan teratas.
"Kemitraan dan digitalisasi merupakan kunci utama untuk menaikkan kelas UMKM di dalam negeri," katanya.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan ada 1,17 debitur Kredit Usaha Rakyat yang naik kelas pada tahun ini. Adapun, 89,41% atau 1,04 juta usaha mikro ditargetkan naik kelas menjadi usaha kecil pada tahun ini.
Sementara itu, pemerintah menargetkan 2,01 pelaku usaha mikro menjadi debitur baru program KUR pada tahun ini dengan plafon R 197,88 triliun. Dengan kata lain, rata-rata plafon KUR yang didapatkan setiap usaha mikro baru mencapai Rp 98,09 juta.
Deputi Usaha Mikro Kementerian UMKM, Riza Adha Damanik, mengatakan target utama pihaknya terkait adopsi lokapasar oleh pelaku UMKM tahun ini adalah kualitas. Sebab, Riza berargumen target masuknya pelaku UMKM ke lokapasar pada tahun ini akan tercapai secara otomatis.
"Jadi, target kami tidak hanya mengejar kuantitas UMKM di lokapasar, tapi juga kualitas UMKM yang masuk lokapasar. Kami menargetkan UMKM yang mengadopsi pasar digital makin produktif dan memiliki pendapatan yang semakin baik," kata Riza.