Bapanas Ungkap Skema Stabilisasi Harga Ayam, Dorong Penggunaan Rantai Pendingin
Badan Pangan Nasional atau Bapanas menghitung harga pangan protein hewan dapat stabil sepanjang tahun dengan menggunakan rantai pendingin. Menurut Bapanas biaya operasi bulanan rantai pendingin saat ini hanya sekitar Rp 400 per kilogram.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi meyakini harga daging ayam ras nasional dapat stabil senilai Rp 32.000 per kg sepanjang tahun jika menggunakan rantai pendingin. Angka tersebut lebih rendah hampir 8% dari posisi hari ini, Selasa (15/7), senilai Rp 35.607 per kg.
"Ini tinggal masalah keberpihakan pemangku kepentingan untuk menyiapkan dana, melatih operator rangai pendingin, dan mengatur perputaran pangan di gudang,"kata Arief di Jakarta Selatan, Selasa (15/7).
Arief menilai pengoperasian rantai pendingin penting untuk mengamankan Cadangan Pangan Pemerintah atau CPP. Ia menyebut pembelian CPP tetap dilakukan perusahaan pelat merah, namun penyimpanan CPP dapat dilakukan semua pihak.
Saat ini produksi daging ayam nasional dibatasi untuk menjaga harga jual di tingkat peternak tidak lebih dari Rp 18.000 per kg. Bapanas mendata harga ayam pedaging di tingkat peternak telah mencapai Rp 20.420 per kg hari ini, Selasa (15/7).
Arief menilai penggunaan rantai pendingin bisa membuat kapasitas bibit ayam atau day-old chick (DOC) dilepas menjadi 90 juta ekor per pekan. Sejauh ini, produksi DOC dibatas oleh peternak sejumlah 60 juta ekor per pekan.
"Kalau produksi peternak ayam pedaging berlebih seharusnya dipakai untuk CPP. Begitu CPP sudah terpenuhi, pemangku kepentingan bisa bersiap untuk memenuhi pasar ekspor," katanya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda berencana menggenjot produksi ayam pedaging pada bulan depan. Langkah ini diambil agar produksi daging ayam nasional tidak defisit saat target 8.000 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau SPPG beroperasi penuh pada Agustus 2025.
Agung mengatakan kapasitas produksi daging ayam ditahan pada level 4,2 juta ton per tahun. Menurutnya, volume tersebut telah melebihi kebutuhan nasional sekitar 340.000 ton per tahun.
Agung mengatakan, volume kelebihan produksi tersebut dapat diserap jika total dapur SPPG mencapai 6.000 unit. Hingga bulan ini, target dapur SPPG yang beroperasi adalah 2.000 unit.
"Karena itu, kami akan undang seluruh pelaku usaha industri perunggasan untuk mendiskusikan strategi dan antisipasi dapur SPPG tersebut dalam waktu dekat," kata Agung di Cikarang, Jawa Barat, Senin (14/7).
