Ekspor Komponen Otomotif Diprediksi Naik 6% Meski Penjualan Mobil Lesu
Gabungan Industri Alat-Alat Mobil & Motor (GIAMM) memproyeksikan nilai ekspor komponen otomotif sepanjang 2025 tumbuh sekitar 6% dari capaian 2024 senilai US$ 7,5 miliar. Nilai ekspor diperkirakan melampaui US$ 8 miliar atau sekitar Rp 134 triliun.
Peningkatan ekspor ini dilakukan untuk mengantisipasi susutnya permintaan pasar domestik. Langkah ini diharapkan dapat menjaga kinerja produksi industri komponen di dalam negeri.
Sekretaris Jenderal GIAMM, Rachmad Basuki, menekankan pentingnya ekspor komponen untuk menjaga performa produksi industri dalam negeri. Pasalnya, permintaan mobil nasional tercatat turun 10,7% secara tahunan hingga Agustus 2025 menjadi 522.162 unit.
"Penjualan domestik sejauh ini terus menurun secara tahunan. Kami menilai penjualan mobil di dalam negeri sulit menembus 800.000 unit pada akhir tahun ini," ujar Basuki dalam Bisnis Indonesia Forum, Kamis (25/9).
Mayoritas pabrikan komponen dalam negeri memasok komponen original ke pabrikan mobil, sehingga penurunan permintaan mobil berdampak langsung pada produksi komponen otomotif nasional.
Kompetitif di Pasar Global
Basuki optimistis peningkatan ekspor bisa tercapai karena produk lokal cukup kompetitif di pasar global. Hal ini terlihat dari besarnya volume ekspor komponen ke negara produsen mobil utama, seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
"Produk komponen otomotif di dalam negeri harusnya kompetitif di pasar global. Wong tujuan negara ekspor kita produsen otomotif kok," katanya.
Sejak 2015, Indonesia telah menjadi net eksportir komponen otomotif. Pada 2024, neraca perdagangan komponen otomotif tercatat surplus US$ 677 juta atau Rp 11,34 triliun.
Basuki menargetkan performa ekspor meningkat lebih lanjut melalui pameran Automechanika yang digelar September 2026. Menurutnya, pameran ini akan mendorong pabrikan komponen yang sebelumnya enggan mengekspor karena keterbatasan jaringan maupun kendala bahasa.
"Kalau ada pameran komponen otomotif di dalam negeri, pabrikan harus ikut agar bisa dikenal calon pembeli di pasar ekspor," kata Basuki.
Penjualan Mobil Anjlok 10,7%
Sementara itu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil hingga Agustus 2025 turun 10,7% secara tahunan menjadi 522.162 unit.
Untuk mencapai target 850.000 unit tahun ini, pabrikan harus menjual 277.838 unit pada periode September–Desember, atau hampir 70.000 unit per bulan.
"Daya beli memang belum pulih. Katanya pertumbuhan ekonomi nasional positif 5,12%, tapi realitanya penjualan mobil turun jauh dari angka itu," ujar Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, kepada Katadata.co.id, Kamis (14/8).
