Prabowo Minta Dukungan Presiden Brasil Percepat Perjanjian Dagang RI–Mercosur
Presiden Prabowo Subianto mendorong Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva untuk melancarkan negosiasi perjanjian dagang dengan Mercosur. Seperti diketahui, Mercosur adalah blok perdagangan yang beranggotakan empat negara di Amerika Latin, yakni Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay.
Prabowo mengatakan jumlah pasar gabungan antara Indonesia dan Brasil mencapai sekitar 500 juta orang. Menurutnya, perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Mercosur atau IM-CEPA akan menghasilkan nilai ekonomi yang besar.
"Indonesia sekarang bagian dari BRICS. Kalau nanti ada IM-CEPA, itu akan sangat mendorong kekuatan ekonomi yang besar," kata Prabowo dalam pertemuan bilateral dengan Lula, Kamis (23/10).
Dalam pertemuan tersebut, Prabowo menyampaikan akan menghasilkan empat persetujuan dan nota kesepahaman. Kepala Negara belum menjelaskan detail dari kesepakatan hasil pertemuan bilateral tersebut.
Walau demikian, Prabowo mensinyalir proses perundingan empat kesepakatan bilateral tersebut telah dimulai pada Juli 2025. Seperti diketahui, Presiden Prabowo melakukan kunjungan kenegaraan ke Brasilia, Brasil setelah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi BRICS di lokasinyang sama pada 6-7 Juli 2025.
"Terakhir saya ketemu dengan Presiden Lila pada Juli dan sekarang sudah Oktober 2025. Jadi, kita sudah menghasilkan kemajuan yang pesat selama selama dua bulan terakhir," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso berencana memperluas pasar ekspor pada 2026. Dua kawasan utama yang diincar untuk pengembangan pasar ekspor tahun depan, yakni Timur Tengah dan Amerika Latin.
Pemerintah telah melakukan penjajakan awal perjanjian kawasan perdagangan bebas (FTA) di Timur Tengah dengan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) serta perjanjian multilateral dengan Mercosur di Amerika Latin.
Strategi tersebut dipilih untuk menjaga momentum surplus neraca perdagangan yang telah terjadi sejak Mei 2020.
Budi mencatat nilai ekspor selama Januari–Agustus 2025 naik 7,72% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari US$ 171,86 miliar menjadi US$ 185,12 miliar. Sementara surplus neraca perdagangan tumbuh lebih tinggi, yakni 53,3% menjadi US$ 29,14 miliar.
