Mentan Tahan Produksi Beras, Fokus Alihkan Pembangunan ke 10 Komoditas Pangan
Menteri Pertanian Amran Sulaiman tidak akan menaikkan produksi beras pada tahun depan atau sama dengan prediksi produksi tahun ini sejumlah 34,77 juta ton. Menurutnya, hal tersebut dilakukan lantaran pemerintah akan fokus mengembangkan komoditas pangan lainnya.
Amran memaparkan pemerintah akan fokus mengembangkan 10 komoditas pangan pada tahun depan. Namun target peningkatan produksi pada empat dari sembilan komoditas yang menjadi fokus kurang dari 1%.
"Kami akan mulai fokus menanam komoditas lain pada tahun depan. Jadi, jangan dilihat hanya satu komoditas di beras. Volume produksi beras pada tahun depan bisa sama dengan tahun ini saja sudah hebat," kata Amran di Gedung DPR, Senin (24/11).
Secara rinci, komoditas dengan peningkatan target produksi 2026 kurang dari 1% dibandingkan dengan target tahun ini adalah aneka cabai, bawang merah, kopi, kakao, dan kelapa. Sementara itu, lima komoditas lainnya memiliki target pertumbuhan lebih dari 1%, yakni daging sapi (1,78%), daging ayam (3,09%), tebu (7,31%), jagung (8,76%), dan telur ayam (13,8%).
Amran mengatakan ada enam program bidang pertanian untuk mendukung swasembada pangan berkelanjutan pada tahun depan. Pertama, meningkatkan produksi padi, jagung, dan komoditas strategis lainnya.
Terkait produksi beras, Amran menekankan pemerintah akan menjaga produksi beras sama dengan tahun ini. Sementara itu, produksi jagung ditargetkan naik 8,76% atau 2 juta ton pada tahun depan menjadi sekitar 18 juta ton dalam bentuk pipilan.
Kedua, cetak sawah dan optimalisasi lahan. Badan Pusat Statistik memproyeksi luas panen pada tahun ini naik hampir 13% dari 10,05 juta hektare pada tahun lalu menjadi 11,35 juta hektare. Peningkatan luas panen terbanyak terjadi pada Januari-April 2025 atau sebesar 25,82% secara tahunan menjadi 4,49 juta hektare.
Ketiga, pengelolaan air dan irigasi, lahan konservasi dan rehabilitasi, serta jalan usaha tani. Keempat, penyediaan benih unggul, alat mesin pertanian, dan pupuk subsidi. Kelima, penyuluhan dan regenerasi petani.
Terakhir, Amran berencana untuk memperkuat program hilirisasi di bidang pertanian. Seperti diketahui, pemerintah berencana membuka lapangan kerja dari program hilirisasi pertanian untuk 1 juta orang pada 2026-2028.
Sebelumnya, Amran menyampaikan pembukaan lapangan kerja pada tahun depan akan fokus pada hilirisasi beberapa komoditas, yakni kelapa dalam, kakao, mete, dan kelapa sawit. Pembentukan dokumen pendukung studi kelayakan rampung pada Januari 2026 agar realisasi investasi bisa dimulai awal tahun depan.
"Realisasi investasi ini akan berjalan selama tiga tahun, jadi total lapangan kerja yang dibuka sekitar tiga juta," kata Amran di kantornya, Jumat (7/11).
Realisasi investasi tersebut akan dilakukan oleh perusahaan milik negara yang dikelola Daya Anagata Nusantara. Karena itu, sebagian sumber dana investasi tersebut akan ditanggung oleh Danantara.
Amran mengatakan program hilirisasi di bidang pertanian berpotensi mendongkrak harga komoditas hingga 100 kali lipat. Langkah ini terbukti keberhasilan hilirisasi kelapa dalam di Maluku Utara dari Rp 600 per butir menjadi Rp 3.500 per butir.
"Kami harap harga kelapa dalam di Maluku Utara terus naik agar setidaknya dijual Rp 6 ribu per butir," katanya.
