Pemerintah Cina Ancam Serang Balik Kebijakan Trump
Pemerintah Cina memperingatkan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump, jika merealisasikan rencananya yang mengingkari kebijakan Satu Cina. Bahkan, Cina mengancam akan melakukan aksi balasan terhadap AS.
"Presiden AS wajib menjaga hubungan Cina dengan AS, serta menghormati batas yang ada di Asia Pasifik," tulis Global Times dalam kolom editorialnya pada Minggu (8/1). Global Times adalah tabloid yang dikelola oleh pemerintah Cina.
"Tidak ada tawar-menawar," kata Global Times seperti dilansir Reuters, Senin (9/1). (Baca: Trump Pilih Mantan Bos Gulat WWE Pimpin Agen Federal UKM)
Peringatan itu dilontarkan menanggapi kunjungan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, ke Houston, AS, pada Minggu (8/1) lalu. Dalam persinggahan tersebut, sebelum bertolak ke Amerika Tengah untuk mengunjungi Honduras, Nikaragua, Guatemala, dan El Savador, Tsai bertemu dengan para tokoh senior Partai Republik.
Padahal, sebelumnya, Pemerintah Cina sebenarnya telah meminta agar tidak mengizinkan Tsai menginjakkan kaki di AS. Sebab, Tsai tidak sedang dalam kunjungan kerja formal apa pun mengenai kebijakan Satu Cina. Kenyataannya, Gubernur Texas, Greg Abbot, mengunggah fotonya saat bertemu dengan Tsai di akunTwitter . Dalam foto terlihat meja yang dihiasi bendera AS, Texas, serta Taiwan.
Tsai mengatakan Taiwan berencana membuka lebih banyak lapangan pekerjaan melalui kerja sama dengan AS. Kerja sama lebih mendalam itu di sektor investasi, perdagangan, serta pengadaan barang dan jasa.
Senator Texas, Ted Cruz, mengaku sejumlah anggota Kongres menerima surat dari konsulat Cina yang meminta mereka tidak bertemu dengan Tsai di sela-sela kunjungannya. (Baca: Trump Pilih Mantan Peserta Apprentice Masuk Gedung Putih)
Dalam pernyataannya, Cruz meminta masyarakat Cina memahami bahwa para pejabat di AS mengambil keputusan untuk menemui para tamunya dengan pertimbangan tersendiri. "Ini tentang hubungan AS dengan Taiwan, sekutu yang dipertahankan secara hukum."
Cruz pun mengatakan telah berdiskusi dengan Tsai mengenai rencana peningkatan hubungan bilateral, serta kerja sama ekonomi antara AS dan Taiwan. Salah satunya adalah meningkatkan akses menuju pasar Taiwan, yang akan menguntungkan para pengusaha peternakan, petani, serta pengusaha kecil.
Namun, Tsai masih menyembunyikan pertemuan dengan AS tersebut, dan menyebutnya sebagai perbincangan "antarteman". Tsai akan singgah di San Fransisco pada 13 Januari mendatang sebelum kembali ke Taiwan.
Dalam pidatonya di saat jamuan malam pada Sabtu pekan lalu, di hadapan warga Taiwan, Tsai menyebut AS memiliki tempat khusus di hati rakyat Taiwan. Ia mengklaim Taiwan telah menyediakan lebih dari 320 ribu lapangan pekerjaan, baik secara langsung maupun tidak, bagi warga Amerika.
Cina curiga Tsai ingin mendorong keinginan merdeka oleh Taiwan, sebagai pulau yang memiliki pemerintahannya sendiri. Global Times pun menyebut Tsai akan menghadapi konsekuensi atas setiap tindakan provokatif yang dilakukannya. (Baca: Skenario Dagang Indonesia – Amerika Serikat: Dengan Trump, Tanpa TPP)
Sebelumnya, Trump dihujani protes bulan lalu dari Cina karena menerima ucapan selamat melalui telepon dari Tsai. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen AS terhadap Cina dengan Taiwan sebagai bagiannya.
Trump pernah menyatakan tidak akan menemui kepala negara mana pun sebelum dilantik menjadi Presiden AS. Namun, tetap ada kemungkinan Trump bertemu dengan Tsai seusai inagurasi pada 20 Januari mendatang.