Pfizer & BioNtech akan Produksi 100 Juta Dosis Vaksin Corona Tahun Ini
Perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, yang bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS), Pfizer, disebutkan akan memproduksi 100 juta dosis vaksin virus corona hingga akhir tahun ini.
Founder dan Chief Executive Officer (CEO) BioNtech Dr. Ugur Sahin optimistis kandidat vaksin virus corona yang dikembangkan bersama Pfizer ini akan mendapatkan izin dari regulator sebelum tahun ini berakhir. Bahkan dia menyebutkan vaksin dapat segera diproduksi sebelum izin tersebut keluar.
“Beberapa ratus dosis vaksin bahkan dapat diproduksi sebelum mendapatkan izin dari regulator, dan lebih dari 1 miliar dosis dapat diproduksi hingga akhir 2021,” ujarnya seperti dikutip The Wall Street Journal, Minggu (12/7).
Kandidat vaksin yang dikembangkan BioNTech dan Pfizer ini menunjukkan banyak kemajuan dalam melawan penyakit pernapasan akibat virus corona atau Covid-19, pada tahap awal pengujian terhadap manusia.
(Baca: Progres Vaksin Corona Dunia, Universitas Oxford Berada Paling Depan)
Pengujian akan berlanjut pada tahap berikutnya yang berskala lebih besar yang melibatkan 30 ribu relawan pada akhir bulan ini sembari perusahaan menunggu keluarnya izin dari regulator.
Seperti dilaporkan Reuters sebelumnya, dua perusahaan ini tengah bersiap untuk memproduksi hingga 100 juta dosis vaksin virus corona hingga akhir tahun ini, dan sekitar 1,2 miliar dosis hingga akhir 2021 pada fasilitas produksinya di Jerman dan AS.
Kedua perusahaan ini merupakan daftar penerima pendanaan dari pemerintah AS melalui program Operation Warp Speed (OWS) yang bertujuan mempercepat pengembangan vaksin virus corona. Sejauh ini ada 6 perusahaan yang telah menerima pendanaan ini.
Terakhir, perusahaan farmasi asal AS, Novavax, menerima pendanaan sebesar US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 23 triliun untuk mengembangkan dan memproduksi 100 juta dosis vaksin virus corona mulai akhir tahun ini.
(Baca: AS Kembali ‘Beli’ Vaksin Corona, Kali ini dari Novavax Senilai Rp 23 T)
“Pendanaan dari pemerintah AS akan membantu Novavax untuk mulai memproduksi vaksin pada akhir tahun ini, bahkan sebelum uji tahap klinis akhir selesai,” kata Presiden Direktur dan CEO Novavax, Stanley C. Erck, seperti dikutip The New York Times, Kamis (9/7).
Sejauh ini pemerintah AS telah menggelontorkan nyaris US$ 4 miliar (sekitar Rp 57,6 triliun) kepada enam perusahaan farmasi di dunia. Pendanaan yang diterima Novavax merupakan yang terbesar di antara perusahaan lainnya seperti AstraZeneca asal Inggris yang mendapat US$ 1,2 miliar (Rp 17,3 triliun), atau Moderna Therapeutics yang mendapatkan US$ 500 juta (Rp 7,2 triliun).
Adapun vaksin-vaksin yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang mendapatkan pendanaan dari AS tersebut akan dikirim ke pasar AS lebih dulu. Namun beberapa perusahaan farmasi telah bekerja sama dengan organisasi internasional untuk memastikan ketersediaan vaksin bagi seluruh dunia.
(Baca: Luhut Sebut UAE Minati Kerja Sama Pengembangan 1 Juta Vaksin dengan RI)