Presiden Brasil Kecam Permintaan Lockdown Meski Kasus Corona Tinggi
Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengecam tindakan penguncian atau lockdown yang digunakan untuk menghambat penyebaran virus corona di negaranya. Sebab, upaya ini dianggap dapat membunuh pertumbuhan ekonomi negaranya yang tahun ini diprediksi terkontraksi 6,4% akibat pandemi corona.
"Tanpa gaji dan pekerjaan, orang-orang akan mati," katanya mengacu pada pembatasan yang diberlakukan oleh beberapa negara bagian dan kota di kutip dari Reuters, Minggu (19/7).
Menurutnya, lockdown berpotensi membunuh perekonomian, yang juga merujuk pada kebijakan beberapa politisi yang dinilai memaksakan jam malam.
(Baca: Singapura Masuk Jurang Resesi, Rupiah Kembali Melemah)
Pernyataan presiden dia ungkapkan ketika ekonomi Brasil diperkirakan berkontraksi 6,4% tahun ini akibat pandemi.
Bolsonaro sebelumnya dinyatakan positif Covid-19 pada 7 Juli dan sempat bertemu para pendukungnya di Istana Alvorada, Brasilia sambil mengenakan masker dan menjaga jarak beberapa meter.
Dia mengatakan kondisinya saat ini sehat, terlepas dari paparan virus corona yang ia alamu dan kesehatannya dengan penggunaan hydroxychloroquine untuk melawan Covid-19. Padahal, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang menujukkan khasiat obat tersebut.
"Saya adalah bukti hidup (bahwa obat itu bekerja)," katanya kepada para pendukung.
Selain hydroxychloroquine, presiden sayap kanan mengatakan dia juga menggunakan obat anti-parasit untuk melawan virus corona.
Seperti diketahui, Brasil merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia.
Kementerian Kesehatan Negeri Samba ini mengonfirmasi 28.532 kasus baru dan 921 kasus kematian baru pada Sabtu (18/7). Sehingga total kasus di Brasil, kini meningkat menjadi 2.074.860 kasus atau menempati posisi kedua terbesar dunia setelah Amerika Serikat dengan 3,8 juta kasus.
Peningkatan jumlah kasus pasien corona di Brasil membuat sejumlah rumah sakit di sana kewalahan. Bahkan ketika kasus-kasus berkurang di beberapa kota terbesar, infeksi baru justru memuncak di wilayah lain.
Di rumah sakit umum di kota Campinas, bagian barat laut Sao Paulo, melalui sebuah video yang direkam oleh seorang dokter memperlihatkan tidak ada tempat tidur unit perawatan intensif (ICU) yang tersedia untuk merawat pasien COVID-19.
Pejabat kesehatan di kota itu mengatakan virus corona telah menjadi ancaman kesehatan terbesar masyarakat di sana."Kami sudah mengalami banyak hari dengan 100% pekerjaan di ICU," kata Andrea von Zuben, direktur Departemen Kewaspadaan Kesehatan Kota, kepada Al Jazeera.
Beberapa ahli menyebut krisis negaranya disebabkan oleh kurangnya koordinasi pemerintah yang dikombinasikan dengan respons pemerintah kota dan negara bagian. Hal ini juga diperparah dengan adanya pembukaan kembali aktivitas masyarakat yang dilakukan lebih awal dari anjuran para pakar.
"Dua juta adalah angka simbolis karena kami tidak memiliki pengujian skala luas," kata Jean Gorinchteyn, pakar penyakit menular dari rumah sakit Albert Einstein di Sao Paulo, kepada kantor berita AFP.
"Mungkin ada empat atau lima kali lebih banyak. Proyeksi paling pesimistis memberi sinyal hingga 10 kali lebih banyak," ujarnya menambahkan.