Terburuk Sejak 1921, Ekonomi AS Kuartal II Minus 32,9%

Image title
31 Juli 2020, 18:44
Ilustrasi. Departemen Perdagangan AS, kemarin (30/7) mengumumkan ekonomi kuartal II minus 32,9% dibandingkan periode sama
ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/pras/cf
Ilustrasi. Departemen Perdagangan AS, kemarin (30/7) mengumumkan ekonomi kuartal II minus 32,9% dibandingkan periode sama

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) di kuartal II mengalami kontraksi terdalam sepanjang sejarah. Hal ini dipengaruhi oleh pandemi virus corona yang memukul sisi konsumsi.

Departemen Perdagangan AS, kemarin (30/7) mengumumkan ekonomi kuartal II minus 32,9% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Angka ini menjadi yang terburuk dalam sejarah AS sejak kuartal II 1921 sebesar minus 28,6%.

Melansir CNBC, ekonom Moody’s Analytics Mark Zendi menggambarkan kondisi ini sebagai “lubang yang sangat dalam dan gelap.” Meskipun begitu, ia yakin AS bisa keluar dari lubang tersebut meskipun membutuhkan waktu lama.

Anjloknya pertumbuhan ekonomi AS dipengaruhi oleh terpukulnya konsumsi rumah tangga yang merosot 25%. Padahal sumbangannya terhadap produk domestik bruto (PDB) AS mencapai 67%. Konsumsi jasa menjadi yang paling terpuruk. Sementara konsumsi lain yang turun adalah kesehatan dan barang-barang seperti pakaian dan alas kaki.

Tingkat konsumsi AS di kuartal II lebih rendah dibandingkan kuartal I yang sebesar 7,6%. Penyebabnya adalah kebijakan karantina wilayah atau lockdown oleh pemerintah AS sejak Maret lalu. Pada kuartal I konsumsi barang tahan lama anjlok 16,1% dan konsumsi jasa anjlok 10,2%.

Tertekannya konsumsi masyarakat AS juga terlihat dari pertumbuhan pengeluaran pribadi yang anjlo US$ 1,57 triliun. Penyebabnya adalah karena penurunan drastis pengeluaran untuk sektor jasa.

Penyebab lainnya adalah karena jumlah pengangguran yang tinggi. Data Biro Statistik Tenaga Kerja AS menyatakan tingkat pengangguran Juni sebesar 11,1% atau terbesar sejak 1940. Departemen Ketenagakerjaan AS juga mencatat 1,5 juta orang telah mendaftar untuk mendapatkan stimulus pengangguran per Juni. Lebih tinggi dibandingkan rekor sebelumnya sebanyak 700 ribu orang pada 1982.

Kondisi tersebut diperparah dengan anjloknya indeks harga konsumen sebesar 1,5% dibandingkan kuartal I 2020 yang meningkat 1,4%. Indeks ini merupakan indikator penting dari inflasi. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi turun 1,9% setelah naik 1,3% di kuartal I. Tidak termasuk makanan dan energi.

Meskipun begitu, impor AS mengalami kenaikan 10% dari total. Kenaikan ini mengimbangi peningkatan ekspor yang hanya sebesar 9,4%.

Sebelum data ini keluar, lembaga penelitian nirlaba National Bureau of Economic Research (NBER) pada 9 Juni menyatakan AS telah mengalami resesi sejak Februari 2020. Resesi ini dianggap tercepat sepanjang sejarah AS.

Melansir AFP, ahli ekonomi NBER saat itu menyatakan “belu pernah terjadi sebelumnya penurunan lapangan kerja dan produksi, serta dampaknya ke seluruh perkonomian, menunjukkan periode ini sebagai resesi.”

Perspektif Sejarah

Data NBER mencatat setidaknya AS mengalami beberapa kali resesi dalam sejak Depresi Besar berakhir pada 1933. Dibandingkan dengan seluruh resesi tersebut, yang terjadi kali ini lebih dalam. Misalnya dibandingkan dengan resesi akibat krisis finansial 2007-2009 yang hanya membuat kontraksi PBD AS sebesar 8,4% pada kuartal IV dan 4,3% sepanjang tahun. Tingkat pengangguran saat itu juga sebesar 10%.

Selanjutnya, dibandingkan resesi dot com pada 2000, saat itu PDB AS terkontraksi 0,6% dan tingkat penganggurannya sebesar 5,5%. Begitupun dibandingkan dengan resesi perang teluk pada 1990-an yang membuat PDB AS terkontraksi 1,1% dan tingkat penganggurannya sebesar 7%.

Pada masa resesi Reagan yang berlangsung 1980-1981, PDB AS kuartal II 1980 terkontrakasi 8%. Sampai resesi 2007-2009 kontraksi ini lah yang terdalam dan hanya bisa dikalahkan kuartal II 2020. Tingkat pengangguran AS saat itu pun mencapai 10,8%.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...