Profil Shinzo Abe yang Mundur Sebagai Perdana Menteri Jepang
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengundurkan diri karena kondisi kesehatannya yang terus menurun. Ia merupakan Perdana Menteri yang paling lama menjabat dalam sejarah Jepang.
"Saya tidak dapat menjadi perdana menteri jika saya tidak dapat membuat keputusan terbaik bagi rakyat. Saya memutuskan untuk mundur dari posisi saya," kata Shinzo Abe dalam konferensi pers hari ini, 28 Agustus 2020.
Penyakit yang memicu pengunduran diri Shinzo Abe adalah Kolitis Ulseratif atau radang usus besar. Penyakit tersebut bukan hal baru karena Shinzo Abe sudah menderitanya sejak belasan tahun yang lalu. Sebelumnya, pada 2007, ia pernah mengundurkan diri dari posisi Perdana Menteri karena penyakit yang sama.
Pada periode kepemimpinannya yang kedua, kondisi penyakitnya sempat membaik. Namun, tahun ini, di tengah masa pandemi virus corona, kondisinya memburuk. Ia dua kali bolak-balik ke Rumah Sakit Keio di Tokyo pada tanggal 17 Agustus dan 24 Agustus lalu.
Delapan tahun menjabat, Abe tercatat sebagai pemimpin terlama di Jepang. Rekor sebelumnya dipegang paman buyutnya, Eisaku Sato setengah abad lalu.
Abe memimpin Jepang dalam dua periode. Ia pertama kali dilantik sebagai perdana menteri Jepang pada September 2006 dan menngundurkan diri setahun kemudian. Sedangkan masa jabatannya yang kedua dimulai pada 26 September 2012.
Profil Shinzo Abe
Abe lahir pada 21 September 1954 di Tokyo. Jika Amerika Serikat memiliki Keluarga Kennedy, maka Abe juga berasal dari dinasti politik terkemuka Jepang.
Kakeknya, Kishi Nobusuke, menjabat sebagai perdana menteri Jepang dari tahun 1957 hingga 1960, dan paman buyutnya, Sato Eisaku, memegang jabatan yang sama dari tahun 1964 hingga 1972.
Setelah lulus dari Seikei University di Tokyo (1977), Abe pindah ke Amerika Serikat. Dia belajar ilmu politik di University of Southern California, Los Angeles. Pada 1979, Abe kembali ke Jepang dan bergabung dengan Kobe Steel, Ltd.
Ia kemudian terjun ke politik melalui Partai Liberal-Demokratik (LDP). Pada 1982, ia mulai bekerja sebagai sekretaris ayahnya, Shintaro Abe, yang saat itu menjabat sebagai menteri luar negeri Jepang. Pada 1993, Abe memenangkan kursi di Majelis Rendah (parlemen) dan kemudian memegang serangkaian jabatan pemerintahan.
Abe mendapat banyak dukungan atas sikap kerasnya terhadap Korea Utara, terutama setelah pada 2002, negara itu mengakui penculikan 13 warga Jepang pada tahun 1970-an dan 80-an. Abe, yang saat itu menjabat sebagai wakil sekretaris kabinet, memimpin negosiasi.
Pada tahun 2003, ia terpilih sebagai Sekretaris Jenderal LDP. Kemudian, karena batasan masa jabatan, Junichiro Koizumi pensiun dan Abe menggantikannya sebagai Perdana Menteri Jepang, sekaligus pemimpin LDP.
Abe menjadi perdana Menteri Jepang pertama yang lahir setelah Perang Dunia II dan juga yang termuda. Mengambil langkah konservatif dan keras terhadap Korea Utara, Abe mendekatkan Jepang dengan Amerika Serikat.
Dalam urusan dalam negeri, Abe berjanji untuk menopang sistem pensiun dan asuransi kesehatan negara. Namun, karena pemerintahannya dianggap lambat, pada Juli 2007, LDP kehilangan kursi mayoritasnya di parlemen akibat koalisi Partai Demokrat Jepang (DPJ). Pada September 2007, Abe mengundurkan diri dan digantikan oleh Yasuo Fukuda.
Setelah periode pertamanya berakhir, Abe memutuskan untuk istirahat sejenak dari politik. Suami dari Akie Abe itu kemudian come back dengan kembali terpilih sebagai presiden partai pada September 2012.
Hanya tiga bulan menjadi pemimpin oposisi, dia membawa LDP memenangkan pemilu Majelis Rendah. Ia kembali menjadi PM Jepang. Abe juga mengantarkan LDP memenangkan pemilu 2014 dan 2017, dan menjadikannya satu-satunya pemimpin partai yang mampu memenangi Majelis Rendah tiga kali berturut-turut.
Abe kemudian meluncurkan kebijakan ekonomi yang disebut Abenomics. Kebijakan itu berupa pelonggaran-pelonggaran, pemberian stimulus dan restrukturisasi untuk mengakhiri stagnasi ekonomi.
Siapa Pengganti Abe?
Belum ada ketidakpastian tentang siapa yang bisa mengambil alih jabatan perdana Menteri. Namun, Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga yang telah berperan sebagai tangan kanan Abe disebut berpeluang menjadi perdana menteri sementara.
Menteri Keuangan Taro Aso, yang menjabat sebagai wakil perdana menteri, juga dapat turun tangan. Aso adalah perdana menteri ketika Liberal Democratic Party (LDP) kehilangan kendali atas pemerintah oposisi dari Partai Demokrat Jepang pada 2009.
"Kami telah memiliki perdana menteri yang sama selama tujuh tahun dan itu dengan sendirinya memberikan stabilitas, tetapi sebelum itu, Jepang memiliki pemimpin baru hampir setiap tahun," kata Profesor ilmu politik di Universitas Meiji Tokyo, Go Ito, dikutip dari South China Morning Post.
Sementara calon dari partai oposisi masih dianggap lemah. Meski, mereka bisa saja menyerukan pemilihan umum untuk menantang perdana menteri baru.
Ito mengatakan, Fumio Kishida yang menjabat sebagai menteri luar negeri dan menteri pertahanan di bawah Abe, mungkin akan difavoritkan sebagai calon kuat. Selain itu, mantan menteri pertahanan Shigeru Ishida juga cukup populer di kalangan pemilih.