Belum Juga Diizinkan Terbang, Boeing 737 Max 8 Kembali Bermasalah
Pesawat Boeing 737 Max 8 milik Air Canada mengalami gangguan mesin saat melakukan tes penerbangan antara Montreal, Kanada, dan Arizona, Amerika Serikat (AS). Akibatnya pesawat harus mendarat darurat di Tucson, Arizona.
Menurut keterangan resmi Air Canada, gangguan mesin terjadi tak lama setelah pesawat lepas landas. Pilot melihat lampu peringatan gangguan mesin menyala dan memutuskan untuk mematikan satu mesin yang bermasalah. Pesawat membawa 3 awak kabin, termasuk pilot.
“Pesawat kemudian beralih ke Tucson di mana pilot berhasil mendaratkan pesawat dengan normal dan tetap tinggal di sana,” tulis pernyataan Air Canada seperti dikutip Reuters, Sabtu (26/12). Adapun tes terbang ini dilakukan pada Selasa 22 Desember 2020.
Menurut laporan laman berita penerbangan Belgia, Aviation24.be, awak pesawat Air Canada melihat indikator tekanan hidrolik pada mesin kiri menurun dan segera menyalakan sinyal darurat PAN-PAN.
Sebagai informasi sinyal darurat PAN PAN berupa pesan radiotelepon yang merupakan sinyal darurat internasional yang digunakan seseorang di atas kapal laut, pesawat terbang, atau kendaraan lain untuk menyatakan bahwa mereka memiliki keadaan yang mendesak, tetapi untuk sementara waktu tidak mengancam nyawa.
Meski satu mesin dimatikan, Air Canada menegaskan bahwa pesawat terbang modern sudah didesain untuk terbang walau hanya dengan satu mesin saja. “Awak pesawat juga sudah dilatih untuk menghadapi keadaan seperti itu,” tulis Air Canada.
Dengan adanya insiden ini, Boeing bersiap untuk menghadapi pengawasan yang lebih ketat. Padahal 737 Max 8 belum lama ini diizinkan kembali terbang setelah larangan terbang selama 20 bulan.
Negara yang telah mengizinkan kembali operasional 737 Max 8 yaitu AS, tepatnya sejak 18 November 2020. Federal Aviation Administration (FAA) menyebutkan Boeing harus memperbaiki masalah perangkat lunak, sistem, dan meningkatkan pelatihan sebelum bisa mengangkut penumpang.
Sementara Kanada dan sejumlah negara lainnya, masih belum memberikan lampu hijau karena ingin meyakinkan pesawat tersebut benar-benar aman untuk transportasi publik. Padahal pesawat seri 737 merupakan produk terlaris milik Boeing seperti terlihat pada databoks berikut ini:
Kecelakaan Fatal Lion Air dan Ethiopia Air
Ahli keamanan penerbangan mengatakan bahwa gangguan mesin yang dialami oleh Air Canada biasa terjadi dan biasanya tidak diperhatikan. Namun dunia masih trauma dengan dua kecelakaan fatal 737 Max 8 yang menewaskan seluruh penumpang dan awaknya pada 2018 dan 2019.
Kejadian pertama terjadi di Indonesia pada 29 Oktober 2018. Pesawat 737 Max 8 milik Lion Air yang terbang dari Bandara Internasional Soekarno Hatta menuju Pangkal Pinang, jatuh di Laut Jawa. Seluruh 189 penumpang dan awak tewas.
Sekitar lima bulan kemudian, tepatnya 10 Maret 2019, pesawat 737 Max 8 Ethiopian Airlines jatuh tak lama setelah lepas landas. Pesawat ini membawa 149 penumpang dan 8 awak.
Atas dua insiden fatal tersebut, Chief Executive Officer Boeing Dennis Muilenburg dipecat. Atas pemecatan tersebut Muilenburg berhak atas kompensasi dan uang pensiun sebesar US$ 62 juta atau sekitar Rp 855 miliar (asumsi kurs Rp 13.800).
Sementara itu salah satu maskapai penerbangan Indonesia yang menggunakaan pesawat jenis ini, yakni Garuda Indonesia membuka peluang untuk kembali menerbangkan pesawat Boeing 737 Max.
Maskapai pelat merah ini beralasan, hingga kini pesawat yang telah dipesan, belum dibatalkan. Meski begitu, ada beberapa pertimbangan yang tengah dikaji oleh manajemen Garuda Indonesia.
"Ada banyak pembicaraan kami dengan Boeing. Klasifikasinya belum ter-cancel. Tentu pembicaraan ini kami teruskan dengan pihak manufaktur yaitu Boeing," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (20/11).