CDC: 5.800 Warga AS yang Divaksinasi Tertular Covid-19
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC mencatat, sekitar 5.800 warga di Amerika Serikat (AS) terinfeksi virus corona meski telah divaksinasi penuh. Sebanyak 7% di antaranya bahkan perlu dirawat inap.
Hal itu karena beberapa sakit parah akibat terinfeksi Covid-19. Sebanyak 74 orang meninggal dunia.
CDC pun mencari pola berdasarkan usia dan jenis kelamin pasien, lokasi, jenis vaksin, varian, dan faktor lainnya. “Sampai saat ini, tidak ada pola tak terduga yang diidentifikasi dalam demografi kasus atau karakteristik vaksin," kata CDC kepada CNN Internasional melalui email, dikutip akhir pekan lalu (17/4).
Saat ini, sekitar 77 juta orang di AS telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 penuh. Sedangkan laporan CDC tersebut berdasarkan analisis beberapa minggu yang lalu, sehingga tertinggal dibandingkan data kasus harian.
CDC pun mengatakan bahwa jumlah yang dikaji mewakili persentase yang sangat kecil dari mereka yang telah divaksinasi. Ini artinya, kasus orang yang telah divaksin terinfeksi Covid-19 bisa lebih banyak.
Namun, CDC merekomendasikan agar semua orang yang memenuhi syarat mendapatkan vaksin, tetap melakukannya. Selain itu, ttetap menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, rajin mencuci tangan, dan selalu memakai masker.
Dalam uji klinis, vaksin Pfizer-BioNTech pun tercatat 95% efektif dalam mencegah penyakit bergejala. Pada awal bulan ini, perusahaan juga mengatatakan bahwa 91% vaksin efektif melawan penyakit dengan gejala apa pun selama enam bulan di AS.
Sedangkan vaksin Moderna 94% efektif dalam mencegah penyakit bergejala dalam uji coba, dan 90% saat penggunaan nyata. Lalu, vaksin Johnson & Johnson 66% efektif saat uji coba, dan 72% ketika digunakan.
CDC berencana mencari petunjuk tentang siapa yang paling rentan terinfeksi meskipun telah divaksinasi. “Kajian infeksi setelah divaksin dilakukan terhadap semua orang dari segala usia yang memenuhi syarat untuk vaksinasi. Namun, sekitar 40% terjadi pada orang berusia 60 tahun atau lebih,” kata CDC.
Berdasarkan jenis kelamin, paling banyak merupakan perempuan. "CDC memantau kasus yang dilaporkan untuk pengelompokan berdasarkan demografi pasien, lokasi geografis, waktu sejak vaksinasi, jenis vaksin atau nomor lot, dan garis keturunan SARS-CoV-2," kata CDC.
Selain itu, sampel berdasarkan kasus akan dikaji untuk melihat berapa banyak yang disebabkan oleh varian. Ini termasuk jenis variannya.
"CDC telah mengembangkan basis data ‘terobosan’ vaksin Covid-19 nasional, sehingga penyelidik departemen kesehatan negara bagian saat ini dapat memasukkan, menyimpan, dan mengelola data untuk kasus-kasus di yurisdiksi mereka," kata CDC.
Pakar di luar CDC setuju dengan laporan terkait ‘terobosan’ vaksin Covid-19 tersebut. “Kemungkinan infeksi yang sangat langka ini bergantung pada seberapa banyak virus yang beredar dalam suatu komunitas,” kata dokter penyakit menular dan asisten profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg Dr. Kawsar Talaat.
Itu merupakan inti dari mendapatkan kekebalan kelompok. “Begitu kita sampai pada titik di mana cukup banyak orang di komunitas yang divaksinasi. Jika seseorang membawa virus di komunitas itu, orang-orang di sekitar mereka terlindungi dan jauh lebih sulit bagi orang tersebut untuk menyebarkannya,” kata dia.
Hal senada disampaikan oleh dekan eksekutif di Fakultas Kedokteran Universitas Emory Dr. Carlos del Rio. Ia mengatakan, lebih sedikit transmisi berarti lebih sedikit kasus terinfeksi setelah divaksin.
"Saat ini ada banyak penularan di beberapa negara bagian. Vaksin akan membantu menguranginya," kata del Rio. "Mendapatkan vaksinasi secepat Anda bisa dan bantu mengendalikan pandemi ini."