Penemu AstraZeneca, Sarah Gilbert Diabadikan Dalam Figur Boneka Barbie
Penghargaan dan apresiasi terus diperoleh Dame Sarah Catherine Gilbert. Terakhir, profesor vaksinologi asal Inggris tersebut diabadikan dalam figur boneka Barbie atas penghargaannya dalam penelitian vaksin AstraZeneca.
Tampil dalam balutan setelan berwarna biru navy serta blus putih, berkacamata dan berambut pirang panjang, sosok Gilbert nampak anggun sebagai figur boneka Barbie.
Perusahaan pembuat mainan Barbie yakni Mattel, Inc memutuskan untuk mengabadikan sosok Sarah karena dedikasinya yang luar biasa dalam menemukan vaksin AstraZeneca.
“Barbie menyadari bahwa semua tenaga kesehatan yang berada di garda depan (penanganan Covid-10) telah berkorban luar biasa saat berjuang melawan pandemi. Kami ingin berbagai cerita mengenai perjuangan mereka. Mereka akan menginspirasi generasi berikutnya saat generasi tersebut mengambil alih estafet perjuangan pahlawan-pahlawan ini,” kata Lisa McKnight, senior vice president dan global head Mattel, seperti dikuti The Guardian.
Lalu bagaimana Sarah menanggapi sosoknya yang kini akan dipajang di toko-toko mainan? Kendati merasa “sangat aneh” saat pertama kali melihat, perempuan peraih Albert Medal (2021) dan Princess of Asturias Awards (2021) tersebut berharap dia bisa menginspirasi anak-anak setelah mereka melihat sosoknya.
“Harapannya, boneka saya akan membuka mata anak-anak bahwa ada profesi-profesi yang selama ini mungkin tidak terpikirkan oleh mereka seperti menjadi seorang vaksinologi,” tutur Sarah, seperti dilansir The Washington Post, Rabu (4/8).
Sosok Sarah yang kini hadir dalam figur boneka Barbie juga semakin memperbanyak sosok di dunia kesehatan yang diabadikan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut. Padahal sebelumnya, figur boneka Barbie sangat identik dengan tokoh di dunia hiburan seperti Maryln Monroe dan Beyonce.
Selain Sarah, sosok tenaga Kesehatan dan peneliti yang diabadikan dalam figur boneka Barbie lainnya adalah perawat asal Brooklyn Amy O’Sullivan, dokter asal Las Vegas, Audrey Cruz, dokter dan penulis asal Kanada Chika Stacy Oriuwa, peneliti biomedical asal Brasil Jaqueline Goes de Jesus dan dokter asal Australia Kirby White.
Sarah lahir Kettering, Northamptonshire, Inggris pada April 1962. Ayahnya berprofesi sebagai manajer di perusahaan sepatu sementara ibunya bekerja sebagai guru. Sarah muda menuntut ilmu di Kettering High School for Girl di mana dia menemukan ketertarikannya pada dunia kesehatan.
Melanjutkan ketertarikannya pada dunia kesehatan, Sarah kemudian menempuh pendidikan di Universitas East Anglia dan lulus sebagai sarjana biologi pada 1983. Dia kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Hull dan Universitas Oxford.
Kendati memiliki gelar mentereng, Sarah justru memutuskan untuk bekerja di sebuah pabrik bir di mana dia mempelajari cara memanipulasi ragi dalam pembuatan minuman beralkohol tersebut. Setelah itu, Sarah memutuskan kembali ke dunia akademis dan mempelajari tentang kesehatan. Dia memfokuskan diri dalam pembuatan vaksin.
Sarah memulai pembuatan vaksin Covid-19 usai membaca laporan tentang pasien dengan penyakit pneumonia yang aneh di Tiongkok pada 2019. Sejak itu, ia memulai penelitiannya. Ia merasa perlu mempercepat penelitiannya seiring angka kematian virus corona yang semakin tinggi tiap harinya. Dalam pengembangan ini ia bekerja sama dengan peneliti dari Universitas Oxford lainnya.
Uji coba vaksin Covid-19 pada hewan ia mulai pada Maret 2020 dan pada manusia sebulan kemudian. Pada bulan itu, Gilbert mengumumkan vaksinnya akan segera tersedia pada September 2020. Setelah melakukan berbagai uji coba, pada September tahun lalu, vaksin tersebut diproduksi oleh AstraZeneca. Pada 30 Desember 2020, vaksin ini disetujui dalam program vaksinasi pemerintah Inggris dan mulai diberikan ke warga di sana pada 4 Januari 2021.
Jasa besar Sarah tidak hanya karena dia mampu menghadirkan vaksin AstraZeneca yang memiliki efektivitas sekitar 60%. Jasa besar Sarah yang tidak kalah besar adalah dengan melepas hak paten atas AstraZeneca. Dengan melepas hak paten maka vaksin AstraZeneca bisa diproduksi lebih murah. Langkah mulia ini kembali mengingatkan bahwa ada hal yang lebih penting yakni kemanusiaan daripada hanya mengejar keuntungan belaka.