Setelah 20 Tahun Absen, Kapal Perang Jerman Akhirnya Melintasi LCS

Rezza Aji Pratama
15 Desember 2021, 18:00
Laut Cina Selatan
Katadata
Keluarga awak kapal fregat 'Bayern' milik Jerman melepas keberangkatan kapal itu dalam misi enam bulan ke kawasan Indo-Pasifik. Sumber: German Navy

Jerman mengirimkan sebuah kapal perang miliknya untuk melintasi perairan Laut Cina Selatan untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir. 

Kapal berjenis fregat itu akan berlayar menuju Singapura melewati rute perdagangan umum dalam beberapa hari ke depan. Namun, kapal fregat ini menghindari Selat Taiwan yang sering menjadi pusat aktivitas armada Amerika Serikat.

Mengutip situs resmi Angkatan Laut Jerman, kapal bernama ‘Bayern’ itu berangkat dari Wilhelmshaven pada 2 Agustus 2021 dan menempuh 3.000 mil laut ke kawasan Indo-Pasifik. Bayern diawaki oleh 230 orang kadet dengan misi enam bulan pelayaran. 

“Kapal AL Jerman terakhir kali berlabuh di Tokyo dan Singapura pada 2022.’Bayern’ sendiri terakhir kali mengunjungi kawasan Indo-Pasifik pada 1997,” ujar Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer, dalam keterangan resminya. 

Kapal ‘Bayern’ mengusung sejumlah misi penting di Laut Cina Selatan. Selain menunjukkan eksistensi, kapal perang Jerman ini juga ditugaskan membantu menjaga stabilitas kawasan. Salah satunya adalah mengawasi sanksi PBB terhadap Korea Utara. Selain itu, otoritas Jerman juga sudah mengajukan izin untuk berlabuh di Cina. 

“Misi kami di Indo-Pasifik tidak berarti bahwa kami menentang seseorang atau sesuatu, tetapi kami mengambil sikap untuk bersatu,” tambah Kramp-Karrenbauer.

Kehadiran kapal perang Jerman di laut Cina Selatan memunculkan spekulasi soal keterlibatan Jerman dengan negara-negara Barat lainnya untuk menanamkan pengaruh militer di kawasan tersebut. Seperti dikutip dari Bloomberg, beberapa waktu terakhir Cina memang kian agresif memperluas ambisi teritorialnya. Beijing mengklaim hampir seluruh wilayah LCS meskipun pengadilan internasional menentangnya.

Cina juga diketahui membangun pos-pos militer di pulau-pulau buatan di perairan itu yang memiliki ladang minyak dan kaya akan ikan.

Sementara itu, ketegangan di perairan LCS beberapa kali meningkat seiring dengan langkah strategis Amerika Serikat. Armada AS sering berlayar dan unjuk kekuatan terhadap teritorial Cina di kawasan tersebut. AS menggunakan klaim kebebasan navigasi (freedom of navigation) untuk mendukung langkahnya itu.

Kebebasan navigasi mengacu pada hukum internasional di mana kapal-kapal dari negara apapun bebas berlayar di perairan internasional. Dalam beberapa kesempatan, otoritas Cina meradang atas tindakan armada perang AS di LCS. 

Jerman sendiri masih bersikap hati-hati menyeimbangkan kepentingan keamanan dan ekonominya karena Cina telah menjadi mitra perdagangan paling penting bagi Berlin.

Ekspor Jerman ke China telah membantu mengurangi dampak pandemi COVID-19 di negara ekonomi terbesar Eropa itu.

Sebelumnya, Cina diketahui sempat meminta agar Indonesia segera menghentikan pengeboran migas di perairan Natuna yang diklaim sebagai wilayah Sembilan Garis Putus-putus atau Nine Dash Line. Hal tersebut berdasarkan pengakuan dari empat orang yang mengetahui permasalahan tersebut kepada Reuters.

Permintaan Tiongkok ini belum pernah terjadi sebelumnya dan belum pernah juga dilaporkan. Hal lantas meningkatkan ketegangan atas sumber daya alam antara kedua negara di wilayah strategis dan ekonomi global. Salah satu surat dari diplomat Cina kepada kementerian luar negeri Indonesia dengan jelas mengatakan kepada pemerintah untuk menghentikan pengeboran di rig lepas pantai sementara. Pasalnya kegiatan tersebut diklaim berlangsung di wilayah Cina.

Reporter: Rezza Aji Pratama

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...