Kyiv atau Kiev, Bagaimana Menuliskan Nama Ibu Kota Ukraina?
ANTARA FOTO/REUTERS/Umit Bektas/FOC/djo
Sejak Rusia resmi menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2), pemberitaan mengenai ibu kota negara Kyiv mulai memenuhi ruang-ruang redaksi media di seluruh dunia. Namun, jika mencermati isi pemberitaan, ada media yang menggunakan kata ‘Kiev’ atau ‘Kyiv’. Lantas bagaimana seharusnya menulis nama ibu kota Ukraina itu?
Jawaban pertanyaan ini sebenarnya bergantung pada sudut pandang yang diambil. Secara resmi, kota ini ditulis Ки́їв dalam alfabet Cyrillic di Ukraina. Ketika wilayah Ukraina masih dikuasai oleh Uni Soviet, kata ini ditranslasi menjadi Kiev dan digunakan secara masif di seluruh dunia.
Setelah memperoleh kemerdekaan pada 1991, Pemerintah Ukraina mulai memperkenalkan kata ‘Kyiv’ untuk menyebut ibu kotanya tersebut. Alasannya, kata 'Kiev' merupakan warisan Uni Soviet sehingga Pemerintah Ukraina merasa perlu meninggalkannya. Undang-Undang khusus yang mengatur translasi ini akhirnya diterbitkan pada 1995.
Bukan cuma Kyiv yang mengalami perubahan translasi. Pemerintah Ukraina juga mengubah sejumlah penulisan kota-kota lainnya seperti Odessa menjadi Odesa, Kharkov menjadi Kharkiv, dan Lvov menjadi Lviv.
Kendati sudah diresmikan oleh Pemerintah Ukraina sejak 1995, tidak semua organisasi dan media massa beralih menggunakan nama Kyiv. Faktanya, baru pada 2012 Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi menggunakan translasi Kyiv melalui UN Conference on Standardization of Geographical ke-10 yang digelar di New York, AS.
Kendati demikian, hal ini belum memberikan dampak signifikan terhadap penggunaan nama Kyiv. Sampai-sampai, Kementerian Luar Negeri Ukraina merasa perlu meluncurkan kampanye khusus untuk membumikan nama ibu kotanya tersebut.
Kampanye Online
Pada Oktober 2018, Kementerian Luar Negeri Ukraina memulai kampanye #KyivNotKiev seiring dengan memanasnya situasi di Krimea.
Jawaban pertanyaan ini sebenarnya bergantung pada sudut pandang yang diambil. Secara resmi, kota ini ditulis Ки́їв dalam alfabet Cyrillic di Ukraina. Ketika wilayah Ukraina masih dikuasai oleh Uni Soviet, kata ini ditranslasi menjadi Kiev dan digunakan secara masif di seluruh dunia.
Setelah memperoleh kemerdekaan pada 1991, Pemerintah Ukraina mulai memperkenalkan kata ‘Kyiv’ untuk menyebut ibu kotanya tersebut. Alasannya, kata 'Kiev' merupakan warisan Uni Soviet sehingga Pemerintah Ukraina merasa perlu meninggalkannya. Undang-Undang khusus yang mengatur translasi ini akhirnya diterbitkan pada 1995.
Bukan cuma Kyiv yang mengalami perubahan translasi. Pemerintah Ukraina juga mengubah sejumlah penulisan kota-kota lainnya seperti Odessa menjadi Odesa, Kharkov menjadi Kharkiv, dan Lvov menjadi Lviv.
Kendati sudah diresmikan oleh Pemerintah Ukraina sejak 1995, tidak semua organisasi dan media massa beralih menggunakan nama Kyiv. Faktanya, baru pada 2012 Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi menggunakan translasi Kyiv melalui UN Conference on Standardization of Geographical ke-10 yang digelar di New York, AS.
Kendati demikian, hal ini belum memberikan dampak signifikan terhadap penggunaan nama Kyiv. Sampai-sampai, Kementerian Luar Negeri Ukraina merasa perlu meluncurkan kampanye khusus untuk membumikan nama ibu kotanya tersebut.
Kampanye Online
Pada Oktober 2018, Kementerian Luar Negeri Ukraina memulai kampanye #KyivNotKiev seiring dengan memanasnya situasi di Krimea.
“Ukraina sudah menjadi negara berdaulat lebih dari 27 tahun tetapi penamaan geografi yang mengacu pada versi Rusia masih banyak dipakai,” tulis Kemenlu Ukraina dalam keterangan resmi kala itu.
Menurut Kemenlu Ukraina, Rusianisasi di sektor bahasa, budaya, dan identitas nasional terhadap negara-negara di sekitarnya sudah berlangsung sejak Kekaisaran Rusia dan berlanjut hingga era Uni Soviet. Seiring dengan agresivitas Rusia di wilayah Krimea, Kemenlu Ukraina pun meminta publik internasional tidak mengacu pada warisan Bahasa Rusia tersebut.
“Penggunaan nama wilayah yang berakar pada bahasa Rusia sangat menyakitkan dan tidak bisa diterima oleh masyarakat Ukraina,” tegas pejabat Kemenlu Ukraina.
Kampanye online ini menuai sukses. Tagar #KyivNotKiev menggema di sosial media dan mendapatkan lebih dari 10 juta kunjungan pengguna Twiter. The Oxford English Dictionary yang telah menggunakan nama Kiev sejak 1883 lantas mengadopsi kata Kyiv pada 2018.
Sejumlah media besar seperti BBC, The Guardian, Associated Press, The Wall Street Journal, The Washington Post, The Economist, hingga The New York Times juga secara resmi menggunakan nama Kyiv.
Menurut Kemenlu Ukraina, Rusianisasi di sektor bahasa, budaya, dan identitas nasional terhadap negara-negara di sekitarnya sudah berlangsung sejak Kekaisaran Rusia dan berlanjut hingga era Uni Soviet. Seiring dengan agresivitas Rusia di wilayah Krimea, Kemenlu Ukraina pun meminta publik internasional tidak mengacu pada warisan Bahasa Rusia tersebut.
“Penggunaan nama wilayah yang berakar pada bahasa Rusia sangat menyakitkan dan tidak bisa diterima oleh masyarakat Ukraina,” tegas pejabat Kemenlu Ukraina.
Kampanye online ini menuai sukses. Tagar #KyivNotKiev menggema di sosial media dan mendapatkan lebih dari 10 juta kunjungan pengguna Twiter. The Oxford English Dictionary yang telah menggunakan nama Kiev sejak 1883 lantas mengadopsi kata Kyiv pada 2018.
Sejumlah media besar seperti BBC, The Guardian, Associated Press, The Wall Street Journal, The Washington Post, The Economist, hingga The New York Times juga secara resmi menggunakan nama Kyiv.
Tidak berhenti sampai di situ, International Air Transport Association (IATA) akhirnya juga resmi menggunakan nama Kyiv setelah menerima rekomendasi US Board on Geographical Name pada Oktober 2019. Laporan BBC menyebut hingga Januari 2020, setidaknya 63 bandara dan tiga maskapai penerbangan di seluruh dunia telah menggunakan Kyiv untuk keperluan administrasi.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Gaung kampanye #KievNotKyiv tampaknya tidak terlalu terasa di Indonesia. Sejumlah media dan organisasi masih menggunakan nama Kiev untuk menyebut ibu kota Ukraina.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring bahkan masih menggunakan kata Kiev di situs resminya. Jika Anda mengetik kata Ukraina di kolom pencarian, maka akan muncul keterangan ‘negara yang terletak di Eropa Timur, beribu kota Kiev’.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia sudah menggunakan nama Kyiv dalam sejumlah publikasi resmi. Kendati demikian, dalam hotline yang disebarkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ukraina, Kemenlu menggunakan dua e-mail masing-masing dengan nama Kiev dan Kyiv. Email tersebut yakni kyiv.kbri@kemlu.go.id dan indonesia@kbri.kiev.ua.
“Ini bukan cuma soal translasi bahasa. Kiev berasal dari Rusia, sedangkan Kyiv dari Ukraina,” ujar Jane Lytvynenko, orang Ukraina sekaligus Peneliti Senior di Pusat Media, Politik, dan Kebijakan Publik Universitas Harvard Shorenstein, seperti dikutip dari Quartz.
Reporter: Rezza Aji Pratama