Presiden Digulingkan dan Dipenjara, Peru Umumkan Darurat Nasional

Yuliawati
Oleh Yuliawati
15 Desember 2022, 11:25
Peru
ANTARA FOTO/REUTERS/Caitlin Ochs/foc/cf
Ilustrasi.

Peru mengumumkan keadaan darurat nasional pada Rabu (14/12) waktu setempat setelah rangkaian demonstrasi atas penangkapan dan penggulingan mantan presiden Pedro Castillo. Para pendukung memprotes penangkapan dan penggulingan Castillo dan menuntut pemilihan umum yang dipercepat.

Para pendukung Castillo turun ke jalan dan membuat penghalang jalan di pelosok negeri. Sekitar tujuh orang tewas dan 200 orang terluka dalam demonstrasi besar-besaran tersebut.

Aksi tersebut dipicu keputusan hakim yang memutuskan penahanan Castillo selama tujuh hari ke depan atas tuduhan pemberontakan dan konspirasi. Seharusnya, Castillo bebas pada Rabu, setelah menjalani tahanan 48 jam.

Penahanan Castillo bermula dari rencana mantan presiden itu yang hendak membubarkan Kongres. Namun, parlemen terlebih dulu memakzulkan Castillo. Setelah itu, petugas menangkapnya saat Castillo dalam perjalanan mencari perlindungan di kedutaan Meksiko.

Menteri Pertahanan Alberto Otarola mengumumkan keadaan darurat selama 30 hari dengan alasan berkembangnya "tindakan vandalisme dan kekerasan". Dia memerintahkan polisi dan angkatan bersenjata "akan menguasai seluruh wilayah."

Pemerintah juga mengambil langkah penghentian sementara "kebebasan bergerak dan berkumpul" dan juga akan menerapkan jam malam.

Adapun Presiden baru Dina Boluarte menjanjikan pemilihan umum dipercepat pada Desember 2023, dari jadwal 2026.

Castillo, yang merupakan mantan guru sekolah sayap kiri, berkuasa hanya selama 17 bulan. Dia merupakan presiden keenam di Peru dalam enam tahun terakhir.

Pada hari Selasa, Castillo menyebut penangkapannya tidak adil dan sewenang-wenang dan mengatakan dia "tidak akan pernah menyerah dan mengabaikan tujuan populer yang membawa saya ke sini."

Dia juga meminta pasukan keamanan "untuk meletakkan senjata mereka dan berhenti membunuh orang-orang yang haus akan keadilan."

Kondisi ketidakstabilan politik di Peru membuat kawasan pariwisata lumpuh, seperti benteng Machu Picchu Inca, dan kota kedua Peru, Arequipa.

Organisasi pribumi dan agraris menyerukan pemogokan tanpa batas waktu mulai Selasa kemarin. Kondisi ini membuat layanan kereta antara kota Cusco dan Machu Picchu berhenti sementara.

Walikota Machu Picchu Darwin Baca mengatakan situasi ini membuat banyak turis terdampar di lokasi wisata. Sehingga dia meminta bantuan untuk mengevakuasi mereka.

"Saya seharusnya meninggalkan Cuzco kemarin (Selasa) dengan kereta api dan terbang ke Lima untuk pulang, tetapi sekarang situasinya tidak jelas," kata seorang turis Belgia yang hanya menyebut namanya sebagai Walter, kepada AFP.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...