Kremlin Tuding Ukraina Berupaya Bunuh Vladimir Putin Menggunakan Drone
Rusia menuding Ukraina berupaya untuk membunuh Presiden Vladimir Putin menggunakan serangan pesawat nirawak atau drone di istana Kremlin di Moskow pada Rabu (3/5).
Pemerintah Rusia mengatakan bahwa telah mencegat dua pesawat nirawak yang diarahkan ke Kremlin. Dengan tindakan tepat waktu yang diambil oleh militer dan dinas khusus dengan penggunaan sistem radar perang, ancaman dua drone tersebut dapat dinetralisir.
“Kami menganggap aksi ini sebagai aki teroris terencana dan upaya pembunuhan presiden (Putin) yang dilakukan pada malam Hari Kemenangan, Parade 9 Mei, di mana kehadiran tamu asing juga direncanakan,” tulis Kremlin dalam pernyataannya, dikutip dari Reuters, Kamis (4/5).
Pecahan drone berserakan di halaman Kremlin tetapi tidak ada korban luka atau kerusakan, katanya. Putin sendiri dilaporkan dalam kondisi aman. Kantor berita RIA mengatakan Putin tidak berada di Kremlin pada saat itu, dan sedang bekerja pada hari Rabu di kediaman Novo Ogaryovo di luar Moskow.
“Pihak Rusia berhak mengambil tindakan pembalasan di mana dan kapan pun dianggap perlu,” tambah Kremlin.
Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev, sekarang wakil kepala Dewan Keamanan Rusia, mengatakan insiden itu tidak memberi Rusia pilihan selain secara fisik melenyapkan Zelenskiy dan kelompoknya.
Sementara itu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Kyiv tidak ada hubungannya dengan insiden semalam. “Kami tidak menyerang Putin, atau Moskow. Kami berperang di wilayah kami,” kata Zelensky dalam konferensi pers saat berkunjung ke Finlandia.
Seorang pembantu senior Zelenskiy menyebut tuduhan itu sebagai tanda bahwa Kremlin sedang merencanakan serangan besar baru di Ukraina, pada saat titik balik potensial dalam perang saat Kyiv bersiap untuk melakukan serangan balasan yang telah lama dinanti.
Tak lama setelah pengumuman Kremlin, Ukraina melaporkan peringatan akan serangan udara di ibu kota Kyiv dan kota-kota lain.
Asap di Atas Kremlin
Dua dari banyak video yang dipublikasikan di saluran media sosial Rusia menunjukkan dua objek terbang di lintasan yang sama menuju salah satu titik tertinggi di kompleks Kremlin, kubah Senat.
Yang pertama tampaknya hancur hanya dengan kepulan asap, yang kedua tampaknya meninggalkan puing-puing yang menyala-nyala di kubah.
Pemeriksaan Reuters pada waktu dan lokasi menunjukkan bahwa video itu kemungkinan asli, meskipun beberapa analis Barat mengatakan ada kemungkinan Rusia telah melakukan insiden itu untuk menyalahkan Kyiv dan membenarkan semacam aksi balasan yang menghancurkan.
Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan tuduhan drone, bersama dengan pengumuman bahwa Rusia telah menangkap tersangka penyabot di wilayah Krimea yang diduduki Rusia di Ukraina.
“Jelas bahwa ini menunjukkan persiapan provokasi teroris skala besar oleh Rusia dalam beberapa hari mendatang,” ujar Podolyak.
Di Washington, Gedung Putih mengatakan mengetahui laporan bahwa Rusia menuduh Ukraina menyerang Kremlin dengan pesawat tak berawak untuk mencoba membunuh Putin tetapi tidak dapat mengautentikasi tuduhan tersebut.
Ukraina dan Rusia sama-sama telah melakukan serangan jarak jauh sejak pekan lalu untuk mengantisipasi serangan balasan Ukraina, yang menurut Zelenskiy akan segera dimulai, dibantu oleh pasokan persenjataan canggih Barat.
Moskow mengatakan telah menyerang sasaran militer, meskipun tidak ada bukti yang mendukung hal ini. Kyiv, tanpa mengonfirmasi peran apa pun dalam insiden di Rusia atau Krimea, mengatakan penghancuran infrastruktur adalah persiapan untuk serangan darat yang direncanakan.
Zelenskiy mengunjungi Finlandia pada hari Rabu, perjalanan keempatnya yang diketahui ke luar negeri sejak invasi besar-besaran Rusia. Para pemimpin Denmark, Islandia, Norwegia, dan Swedia juga menghadiri kunjungannya.
Zelenskiy mengatakan tujuannya adalah untuk memperkuat militer Ukraina dan mengamankan tempat di aliansi NATO, sebuah tujuan yang didukung oleh lima negara Nordik dalam sebuah pernyataan.
Blinken kemudian mengatakan bahwa pemerintah AS telah mengesahkan tambahan senjata dan peralatan senilai US$ 300 juta untuk Ukraina.