Pemanis Aspartam Tak Sebabkan Kanker Asal Konsumsi Sesuai Saran Harian

Aditya Widya Putri
15 Juli 2023, 18:12
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker yang merupakan bagian dari WHO, mengidentifikasi kemungkinan hubungan antara aspartam dan sejenis kanker hati yang disebut karsinoma hepatoseluler.
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/nym.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker yang merupakan bagian dari WHO, mengidentifikasi kemungkinan hubungan antara aspartam dan sejenis kanker hati yang disebut karsinoma hepatoseluler.

Hari ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) merilis penilaian dampak kesehatan dari pemanis buatan aspartam. Meski aspartam mungkin bersifat karsinogenik bagi manusia, namun konsumsi sesuai standar masih dianggap aman.

Penilaian dampak tersebut juga merepresentasikan suara dari Komite Pakar Bersama Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)/WHO untuk Aditif Pangan (JECFA). JECFA menyarankan asupan harian yang dapat diterima sebesar 40 mg/kg berat badan.

Klasifikasi aspartam sebagai bahan yang mungkin bersifat karsinogenik bagi manusia didasarkan “bukti terbatas” kanker pada manusia. Khususnya, karsinoma hepatoseluler, jenis kanker hati. Mereka juga mengutip bukti terbatas kanker pada hewan percobaan dan bukti terbatas terkait kemungkinan mekanisme penyebab kanker.

“Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian secara global. Setiap tahun, 1 dari 6 orang meninggal karena kanker. Ilmu pengetahuan terus berkembang untuk menilai kemungkinan faktor pemicu atau pemicu kanker, dengan harapan dapat mengurangi jumlah ini dan jumlah korban manusia,” kata Francesco Branca, Direktur Departemen Nutrisi dan Keamanan Pangan, WHO, seperti tertulis dalam rilis resmi mereka di laman WHO.

Aspartam merupakan pemanis buatan (kimia) yang banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman sejak tahun 1980-an, termasuk minuman diet, permen karet, gelatin, es krim, produk susu seperti yogurt, sereal, pasta gigi, dan obat-obatan seperti obat batuk serta obat kunyah.

Di Indonesia, pemanis merek Tropicana Slim juga memakai aspartam sebagai pemanis pengganti gula.

“Penilaian aspartam telah menunjukkan bahwa sementara keamanan bukan perhatian utama pada dosis yang biasa digunakan. Efek potensial telah dijelaskan yang perlu diselidiki oleh penelitian yang lebih banyak dan lebih baik,” lanjut Branca.

IARC dan JECFA melakukan tinjauan independen namun saling melengkapi untuk menilai potensi bahaya karsinogenik dan risiko kesehatan lain terkait konsumsi aspartam. Ini adalah pertama kalinya IARC mengevaluasi aspartam dan ketiga kalinya untuk JECFA.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...