Arab Saudi Ajak 40 Negara Bahas Perang Ukraina, Rusia Tidak Ikut

Tia Dwitiani Komalasari
6 Agustus 2023, 07:13
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api akibat serangan rudal ke Pelabuhan Odesa, Ukraina, Sabtu (23/7).
Press service of the Joint Forces of the South Defence/Handout via REUTERS
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api akibat serangan rudal ke Pelabuhan Odesa, Ukraina, Sabtu (23/7).

Arab Saudi mengadakan pertemuan pejabat senior dari 40 negara untuk membahas cara mengakhiri Perang Rusia-Ukraina pada Sabtu (5/8). Rusia tidak termasuk dalam daftar 40 negara tersebut.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyambut baik pertemuan tersebut. Pertemuan juga diikuti negara-negara berkembang yang terpukul keras oleh lonjakan harga pangan akibat perang.

“Ini sangat penting karena pada isu-isu seperti ketahanan pangan, nasib jutaan orang di Afrika, Asia, dan belahan dunia lainnya secara langsung bergantung pada seberapa cepat dunia bergerak untuk mengimplementasikan formula perdamaian tersebut,” ujarnya dikutip dari Al Jazeera, Minggu (6/8).

Rusia bulan lalu menghentikan partisipasinya dalam kesepakatan biji-bijian yang ditengahi PBB. Padahal kesepakatan tersebut menjamin ekspor gandum hingga jagung Ukraina melalui Laut Hitam ke berbagai negara.

Zelensky berharap prakarsa itu akan mengarah pada  Konferensi Tingkat Tinggi para pemimpin dunia musim gugur ini yang dia yakini harus didasarkan pada formula 10 poin Kyiv. Formula Ukraina mencakup penghormatan terhadap integritas teritorialnya dan penarikan pasukan Rusia dari wilayahnya.

Forum tersebut mengecualikan Rusia, yang telah menolak formula perdamaian Ukraina. Namun demikian, pemerintah Rusia mengatakan akan "mengawasi" pertemuan tersebut.

Juru bicara Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan pihaknya perlu memahami tujuan dan apa saja yang dibahas dalam pertemuan tersebut. “Setiap upaya untuk mempromosikan penyelesaian damai layak mendapat evaluasi positif,” katanya.

KTT itu penting bagi Ukraina karena memberikan kesempatan untuk menjangkau negara-negara yang tetap netral, termasuk India dan Brasil. Yang paling signifikan adalah kehadiran Cina, sekutu setia Rusia. 

Sementara Cina telah mengumumkan akan berpartisipasi dalam pembicaraan Jeddah dengan mengirimkan Utusan Khusus untuk Urusan Eurasia, Li Hui. Cina sebelumnya menyatakan pihaknya netral dalam konflik tersebut, tetapi telah dikritik oleh negara-negara Barat karena menolak mengutuk invasi ke Ukraina.

“Kami memiliki banyak perbedaan pendapat dan kami telah mendengar posisi yang berbeda, tetapi penting bahwa prinsip kami sama,” katanya.

Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar di dunia yang bekerja sama dengan Rusia dalam kebijakan minyak, telah menggembar-gemborkan hubungannya dengan Moskow dan Kyiv dan memposisikan dirinya sebagai mediator yang mungkin dalam perang.

Arab Saudi telah mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengecam invasi Rusia serta pencaplokan wilayah secara sepihak di Ukraina timur.

Pertemuan tersebut mengikuti pembicaraan yang diselenggarakan Ukraina di Kopenhagen pada bulan Juni yang dirancang untuk bersifat informal dan tidak menghasilkan pernyataan resmi.

Perang Rusia-Ukraina memicu peningkatan serangan siberdi kedua negara. Catatan dari CyberPeace Institute menunjukkan, serangan yang diterima Ukraina lebih banyak ketimbang Rusia. Berikut rinciannya seperti tertera dalam grafik.



Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...