Serangan Israel ke Gaza Lebih Parah Setelah Gencatan Senjata
Setelah sepakat memberlakukan gencatan senjata tiga kali sepanjang 24 November hingga 1 Desember, kini Israel dan Hamas kembali melanjutkan perang. Perang kali ini dianggap lebih parah dari sebelum gencatan senjata.
Militer Israel mengumumkan telah meluncurkan perang darat habis-habisan melawan Hamas di seluruh Jalur Gaza, Palestina, sejak hari Minggu. Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan militer Israel terus memperluas operasi daratnya terhadap pusat-pusat Hamas di seluruh Jalur Gaza.
“Pasukan ini berhadapan langsung dengan ‘teroris’ dan membunuh mereka,” kata Hagari seperti dikutip Reuters, Senin (4/12). Hagari menggunakan label teroris untuk menyebut kelompok militan Palestina, Hamas.
Kamp pengungsi Jabaliya di utara diserang, dengan laporan awal mengatakan puluhan orang tewas dan setidaknya satu blok pemukiman hancur. Rekaman video menunjukkan orang-orang mencari mayat di bawah reruntuhan. Sekitar 300 orang dilaporkan berlindung di sekitar area kamp yang berulang kali menjadi sasaran Israel selama sebulan terakhir.
Serangan bukan cuma menyasar utara Gaza, namun mulai beranjak ke selatan, terutama Kota Khan Younis. Kota ini menjadi fokus serangan udara dan tembakan artileri Israel dalam fase baru perang, menyusul gagalnya gencatan senjata yang telah terjadi selama sepekan.
Menurut Reuters, orang-orang yang berlindung di selatan Jalur Gaza setelah meninggalkan rumah mereka pada awal perang mengatakan bahwa mereka tidak punya tempat aman untuk pergi. Ini karena serangan Israel yang masif sejak akhir pekan lalu.
Populasi pengungsi di selatan Gaza pun terus bertambah dalam beberapa pekan terakhir karena beberapa ratus ribu orang dari Jalur Gaza utara melarikan diri ke selatan. Ada yang berkemah di tenda, ada yang di sekolah, ada pula yang tidur di tangga atau di luar beberapa rumah sakit yang beroperasi di kota.
Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pada hari Jumat bahwa salah satu rumah sakit itu "seperti film horor" ketika ratusan anak-anak dan orang dewasa yang terluka menunggu perawatan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sekitar 193 warga Palestina telah terbunuh sejak gencatan senjata berakhir. Ini menambah jumlah korban tewas lebih dari 15.000 warga Gaza yang diumumkan oleh otoritas kesehatan Palestina sepanjang perang ini.
Sementara mengutip Al Jazeera, Ismael al-Thawabteh, direktur jenderal kantor media pemerintah Palestina di Gaza, mengatakan lebih dari 700 warga Palestina telah terbunuh dalam waktu 24 jam hingga siang hari pada Minggu.
Rencana perluasan agresi ini pun membuat Iran memberi peringatan keras Israel tentang dampak yang ditimbulkan, jika Israel benar-benar tak berhenti mengacaukan Gaza maupun Tepi Barat. Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan perluasan agresi bakal membuat perang di kawasan Timur Tengah kian "dalam dan berkembang".
"Jika kejahatan perang yang dilakukan oleh rezim Israel di Gaza dan Tepi Barat tidak dihentikan, ruang lingkup perang di wilayah ini kemungkinan akan semakin dalam dan berkembang," kata Abdollahian, seperti dikutip Anadolu Agency, Minggu (3/12).
Kelompok militan Yaman, Houthi, yang merupakan sekutu Iran, pun kembali menyerang Israel. Militer Amerika Serikat mengatakan tiga kapal komersial diserang di perairan internasional di Laut Merah bagian selatan. Kelompok Houthi Yaman mengklaim serangan pesawat tak berawak dan rudal terhadap dua kapal Israel di daerah tersebut.
Gerakan Houthi Yaman mengatakan angkatan lautnya telah menyerang dua kapal Israel, Unity Explorer dan Number 9, dengan drone bersenjata dan rudal angkatan laut. Juru bicara Houthi tersebut mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons terhadap tuntutan rakyat Yaman dan seruan negara-negara Islam untuk mendukung rakyat Palestina.
Meski begitu, juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan kedua kapal tersebut tidak ada hubungannya dengan Israel.