Israel Ingin Kuasai Gaza Utara, Bunuh dan Halangi Pangan Palestina
Dalam waktu 24 jam terakhir, tentara Israel membunuh sekitar 86 warga Palestina dan menyebabkan 113 lainnya luka-luka. Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan Israel terus intensif menyerang dan meningkatkan kelaparan untuk menghilangkan penduduk di Jalur Gaza utara.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sebanyak 30.717 warga Palestina tewas dan 72.156 terluka dalam serangan militer Israel di Jalur Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023. "Kementerian Luar Negeri mengutuk dengan keras perang genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat kami di Jalur Gaza untuk hari ke-152," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan dikutip dari Aljazeerah, Rabu (6/3).
Kementerian menyebut lebih dari 500.000 orang tinggal di Gaza utara. Serangan Israel yang masif tersebut merupakan tindakan genosida yang paling mengerikan. "Pengeboman terus-menerus, kelaparan yang semakin parah, dan menciptakan perselisihan dan kekacauan," kata kementerian.
Reuters menggambarkan kerumunan orang berlari melalui jalan-jalan Kota Gaza yang dipenuhi puing-puing bangunan. Mereka melewati kebakaran dan mobil-mobil yang ringsek oleh peluru dengan harapan dapat mencapai konvoi bantuan kemanusiaan yang datang sesekali.
Para warga mempertaruhkan hidup mereka untuk mendapatkan makanan bagi keluarga-keluarga yang kelaparan akibat agresi militer Israel dalam lima bulan belakangan. Penyaluran bantuan di wilayah kantong Palestina telah terhenti.
Arus bantuan makanan yang masuk ke daerah konflik makin sedikit. Adapun kondisi rumah sakit pada wilayah utara Gaza yang terletak di sepanjang pesisir Laut Tengah melaporkan anak-anak mulai meninggal karena kekurangan gizi.
Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan pasukan Israel membunuh 118 orang yang mencoba mendapatkan bantuan dari barisan rombongan di dekat Kota Gaza, dan korban yang selamat mengatakan mereka ditembak. Israel mengatakan sebagian besar korban tewas terinjak atau terlindas saat panik.
Kematian tersebut menimbulkan sorotan terkait penyaluran bantuan di Gaza. PBB mengeluhkan kendala dalam distribusi bantuan ke warga korban konflik di Jalur Gaza. Di sisi lain Israel menyalahkan PBB atas dampak yang muncul akibat pengiriman bantuan tersebut.
Ahmed al-Talbani, yang tengah mencari bantuan di Kota Gaza, menggambarkan kekejaman dengan kata-kata, "Truk menghancurkan orang, tank merusak hidup, peluru turun menyelamati orang, dan senapan mesin mengejar kepala orang. Apakah ini dapat memuaskan siapa pun?" Teriakannya disertai gerakan tangan yang penuh emosi, seperti yang terlihat dalam video yang diperoleh oleh Reuters.
Jumlah konvoi pengiriman paket bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza kian menurun saat ini. Sebelum konflik, 500 truk bantuan masuk Gaza setiap harinya.
Badan pengungsi Palestina United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) mengatakan bahwa selama bulan Februari rata-rata 97 truk dapat memasuki Gaza setiap hari. Angka ini lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya sekitar 150 truk per hari.
Beberapa konvoi truk bantuan telah dihadang oleh orang-orang yang mencari makanan, dan setiap rombongan yang bergerak ke Gaza utara memerlukan koordinasi Israel untuk melakukan tindakan yang aman melalui pos-pos pemeriksaan dan daerah-daerah yang rawan pertempuran.
PBB telah berulang kali mengeluhkan kurangnya akses dan mengatakan Israel bertanggung jawab memfasilitasi pengiriman bantuan. “Yang kami minta hanyalah perjalanan yang aman sehingga kami dapat mengirimkan bantuan,” kata Jenny Baez, petugas tanggap darurat UNRWA.
Di sisi lain, Israel menuduh UNRWA terlibat dalam serangan 7 Oktober yang memicu perang tersebut, namun hal ini dibantah oleh UNRWA.