Abaikan Desakan Dunia, Israel Tetap Serang Rafah Gaza
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengabaikan desakan internasional yang meminta Israel menghentikan serangan ke Rafah, Gaza, Palestina demi mencegah jatuhnya korban jiwa. Netanyahu menyatakan akan terus menyerang Rafah sebagai bagian dari upaya membebaskan sandera dan meleyapkan Hamas.
“Tekanan internasional sebesar apa pun tidak akan menghentikan kami untuk mewujudkan semua tujuan perang: melenyapkan Hamas, melepaskan semua sandera kami, dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” kata Netanyahu seperti dikutip Al Arabiya, Minggu (17/3). Dia mengatakan hal ini pada rapat kabinet dikantornya.
Pernyataan Netanyahu ini muncul setelah adanya rencana perundingan yang dilakukan di Doha terkait gencatan senjata di Gaza. Melansir AFP, Senin (18/3), Kabinet keamanan dan perang Israel akan membahas upaya internasional terbaru menuju kesepakatan gencatan senjata. Namun, pada Jumat pekan lalu dia malah menyetujui rencana militer untuk melakukan operasi di Rafah.
Sebelumnya, Israel telah berulang kali mengancam akan melakukan serangan darat terhadap Hamas di Rafah, tempat orang-orang berlindung di tenda-tenda yang berdesakan di perbatasan Mesir. Ketua Organisasi Kesehatan Dunia PBB Tedros Adhanom Ghebreyesus pun telah mendesak agar operasi militer tidak dilakukan di sana, atas nama kemanusiaan. Namun Israel tetap melakukan serangan.
Netanyahu pun telah memerintahkan tentara Israel untuk menyerang Rafah Selatan. Sementara masyarakat dunia mengkhawatirkan nasib 1,5 juta orang yang saat ini berlindung di Rafah.
Menanggapi kekhawatiran ini, Netanyahu memastikan warga sipil yang berada di Jalur Gaza selatan sudah pergi sebelum pasukannya menyerang Rafah. Dia beralasan serangan ke Rafah tetap dilakukan untuk memberantas Hamas, yang dianggapnya sebagai kelompok teroris.
Dia meminta agar masyarakat dunia untuk tidak melupakan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Netanyahu menegaskan kembali bahwa Israel akan melanjutkan serangannya di Gaza, termasuk di kota Rafah, dan mengevakuasi warga sipil dari zona pertempuran.
"Tujuan kami untuk menghabisi batalion teroris yang tersisa di Rafah sejalan dengan memungkinkan penduduk sipil meninggalkan Rafah. Ini bukanlah sesuatu yang akan kami lakukan dengan tetap mengunci penduduk di tempat," ujar Netanyahu, mengutip AFP, Minggu (17/3).
Terkait desakan internasional ini, Netanyahu dijadwalkan bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang diperkirakan akan memperingatkan larangan serangan darat di Rafah. Scholz pernah mengatakan serangan Israel akan mengakibatkan banyak korban jiwa, dan akan membuat pembangunan damai di wilayah tersebut menjadi sangat sulit.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, yang selama perang ini mendukung Israel juga telah mengingatkan agar serangan ke Rafah jangan sampai mengorbankan warga sipil. Biden mengatakan invasi ke Rafah akan menjadi garis merah, kecuali ada rencana perlindungan sipil yang kredibel.
Hamas Tawarkan Gencatan Senjata
Di luar desakan dunia agar Israel menghentikan serangan ke Gaza, Hamas sebenarnya pernah menawarkan untuk melakukan gencatan senjata. Namun, hingga tawaran gencatan senjata ini tak digubris oleh Israel
Seperti dilansir Al Jazeera, Minggu (17/3), Hamas telah mengajukan rencana gencatan senjata baru untuk mengakhiri perang di Gaza yang mencakup pembebasan tawanan Israel dengan imbalan tahanan Palestina. Sebanyak 100 orang tahanan di antaranya sedang menjalani hukuman seumur hidup.
Hamas memberikan proposal gencatan senjata permanen di Gaza yang terbagi dalam tiga tahap. Masing-masing tahap akan berlangsung selama 42 hari. Pada tahap pertama, Hamas mengatakan pasukan Israel harus mundur dari jalan al-Rashid dan Salah al-Din untuk memungkinkan kembalinya warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal dan masuknya bantuan.
Pada tahap kedua, gencatan senjata permanen harus diumumkan sebelum pertukaran tentara yang ditangkap dapat dimulai. Sementara, tahap ketiga akan mencakup proses rekonstruksi di Gaza dan mencabut pengepungan Israel di wilayah kantong tersebut.
Perang di Gaza, Palestina, telah berlangsung hampir 6 bulan. Korban tewas akibat invasi Israel di Gaza, Palestina, terus bertambah. Kini, korban tewas telah mencapai 31.645 orang sejak Israel melakukan invasi ke Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Selain korban tewas, ada 73.676 orang terluka.