Profil Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Alami Kecelakaan Helikopter

Ameidyo Daud Nasution
20 Mei 2024, 08:00
iran, ebrahim raisi, kecelakaan
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.
Presiden Iran Ebrahim Raeisi tiba di ruang delegasi, Gedung Nusantara V, kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi mengalami kecelakaan saat mengunjungi wilayah utara Iran pada Minggu (19/5). Hingga saat ini, belum diketahui bagaimana kondisi kecelakaan tersebut.

Hingga saat ini, regu penyelamat belum bisa mengakses lokasi kecelakaan karena terhalang akses hingga cuaca buruk. Meski demikian, seorang pejabat telah berhasil melakukan kontak dengan penumpang dan kru helikopter.

"Tampaknya insiden itu tidak parah," kata Wakil Presiden Iran untuk Urusan Eksekutif Mohsen Mansouri seperti dikutip CNN, pada Senin (20/5).

Raisi merupakan presiden yang terpilih pada 2021 lalu, menggantikan Hassan Rouhani. Kemenangan Raisi kerap diasosiasikan dengan menangnya kubu konservatif yang setia kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei.

Kerasnya sikap politik Raisi terlihat dengan buntunya negosiasi dengan enam negara untuk menghidupkan lagi perjanjian nuklir Iran. Negara tersebut semakin bersikap keras, usai merasa diingkari Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam kesepakatan nuklir.

Posisi keras Raisi juga terlihat dalam kebijakan domestiknya. Setahun usai menang pemilihan, ia memerintahkan aparat memperketat penegakan hukum berpakaian dan perilaku perempuan.

Beberapa pekan usai arahan tersebut, seorang wanita muda Kurdi yang bernama Mahsa Amini meninggal usai ditangkap oleh polisi moral Iran. Kematian Amini menimbulkan demonstrasi panjang di negara tersebut.

Dimentori Khamenei

Ebrahim Raisi lahir pada tahun 1960 dari keluarga religius di kota suci Mashhad, kota suci Muslim Syiah, Iran. Ia mengikuti jejaknya menjadi seorang ulama dan bersekolah agama di Kota Qom.

Raisi juga ikut dalam demonstrasi melawan Shah yang didukung Barat pada revolusi tahun 1979. Belakangan, ia dipercaya para pemimpin agama untuk menangani peradilan.

Raisi merupakan tokoh yang dimentori oleh Khamenei. Saat menjadi jaksa muda di Teheran, ia merupakan bagian dari 'komite kematian' yang mengawasi eksekusi ratusan tahanan politik Iran pada 1988.

Komite ini terdiri dari hakim agama, jaksa, serta pejabat intelijen untuk memutuskan nasih ribuan tahanan politik. Amnesty International memperkirakan jumlah orang yang terbunuh mencapai 5.000 orang.

Meski demikian, Raisi membela diri terhadap posisinya. "Jika seorang jaksa membela keamanan rakyat, ia harus dipuji," katanya pada 2021 dikutip dari Reuters.

Ia lalu menjabat sebagai wakil kepala peradilan selama 10 tahun sebelum diangkat menjadi Jaksa Agung pada tahun 2014. Lima tahun kemudian, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepadanya atas pelanggaran hak asasi manusia, termasuk eksekusi pada 1980-an.

Tahun 2019, Khamenei menunjuk Raisi sebagai ketua pengadilan. Ia lalu terpilih menjadi Wakil Ketua Majelis Ahli, badan ulama yang beranggotakan 88 orang untuk memilih pemimpin Iran berikutnya.

Raisi juga memiliki pandangan yang sama dengan Khamenei terhadap Barat. Salah satunya adalah memperkuat proksi di Timur Tengah.

"Raisi adalah seseorang yang dipercaya Khamenei, ia bisa melindungi pemimpin tertinggi," kata Wakil Direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara Chatham House, Sanam Vakil.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...