Israel Gerebek dan Tutup Paksa Kantor Al Jazeera di Tepi Barat

Tia Dwitiani Komalasari
22 September 2024, 15:44
Pengunjuk rasa dari Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina mengangkat kartu merah dan bendera Palestina saat aksi Bela Palestina di kawasan Patung Arjuna Wiwaha, Jakarta, Minggu (21/7/2024).
ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/foc.
Pengunjuk rasa dari Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina mengangkat kartu merah dan bendera Palestina saat aksi Bela Palestina di kawasan Patung Arjuna Wiwaha, Jakarta, Minggu (21/7/2024).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Tentara Israel menyerbu dan menutup kantor TV Al Jazeera di kota Ramallah, Tepi Barat, pada Minggu pagi (22/9) waktu setempat. Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan bahwa pemerintah Israel memerintahkan staf Al Jazeera untuk meninggalkan lokasi sebelum kemudian menutup kantor media tersebut.

Penyerbuan terjadi di tengah peningkatan ketegangan di kawasan. Israel mengawasi setiap organisasi media yang meliput perang Israel di Gaza.

Menurut Wafa, tentara-tentara Israel menyita dokumen dan perlengkapan dari kantor Al Jazeera. Mereka juga memberlakukan larangan berkegiatan selama 45 hari terhadap saluran Al Jazeera di wilayah tersebut dengan alasan masalah keamanan.

Serikat Jurnalis Palestina mengecam penggerebekan dan penutupan tersebut dan menyebutnya sebagai serangan baru terhadap jurnalisme dan kebebasan media. Serikat tersebut mendesak organisasi dan lembaga internasional pembela hak dan keselamatan jurnalis agar mengambil tindakan segera untuk mengecam dan memastikan keputusan tersebut dibatalkan.

Serikat juga menyatakan solidaritas dengan Al Jazeera dan beserta para jurnalisnya dengan menawarkan kantor pusat. Mereka juga menawarkan sumber daya untuk membantu kegiatan staf media tersebut selama masa penutupan paksa.

Kendati demikian, belum ada pernyataan resmi yang dikeluarkan Al Jazeera mengenai penggerebekan yang terjadi pada Minggu. Pemerintah Israel pada Mei memutuskan untuk melarang Al Jazeera beroperasi di Israel.

Ribuan Warga Eropa Unjuk Rasa

Sementara itu, ribua warga Inggris dan Italia berunjuk rasa terkait genosida Palestina oleh Israel. Lebih dari 15.000 orang pada hari Sabtu (21/9) menggelar aksi unjuk rasa di Liverpool untuk mendesak pemerintah Inggris menghentikan pengiriman senjata ke Israel.

Mereka mengkritik keterlibatan pemerintah dalam "genosida Israel" terhadap rakyat Palestina.  Massa berkumpul sebagai bagian dari Aksi Nasional ke-19 untuk Palestina dan bergerak menuju konferensi Partai Buruh sebagai bentuk solidaritas dengan rakyat Palestina.

Aksi Nasional berikutnya untuk Palestina akan digelar pada 5 Oktober di London dalam rangka memperingati satu tahun gempuran Israel di Gaza.

Di Italia, sekitar 4.000 pengunjuk rasa berbaris di pusat kota Roma pada Sabtu (21/9). Mereka mendesak Israel menghentikan genosida terhadap rakyat Palestina.

Massa memprotes tindakan Israel di daerah pendudukan Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon. Para peserta aksi membawa bendera Palestina dan spanduk bertuliskan "Hentikan genosida," sambil meneriakkan berbagai slogan seperti "Bebaskan Palestina" dan "Netanyahu pembunuh."

Para demonstran juga mengkritik pemerintahan Italia yang dipimpin Perdana Menteri Giorgia Meloni, dan menuduh pemerintah terlibat dalam tindakan Israel.

"Hampir setahun genosida ini berlangsung, dan sekarang tampaknya mereka ingin menghancurkan bukan hanya Gaza, tetapi juga seluruh Tepi Barat, seluruh Palestina, dan bahkan Lebanon," kata Michela, salah satu peserta aksi.

Peserta lainnya, Sara, menekankan pentingnya terus melakukan protes. Ia bersumpah akan melakukan aksi itu selama diperlukan, sambil menegaskan bahwa "Palestina merdeka adalah sebuah hak."

Jelang Setahun Serbuan Israel ke Gaza

Israel terus melancarkan serangan brutal terhadap Gaza sejak serbuan Hamas pada Oktober tahun lalu, meskipun Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah mengeluarkan resolusi yang menuntut gencatan senjata segera.

Sudah hampir 41.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, yang tewas dan lebih dari 95.700 terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Gempuran Israel itu membuat hampir seluruh populasi di wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang sedang berlangsung, hingga menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...