Korban Tewas Gempa Myanmar Capai 1.644 Jiwa, Rusia dan Cina Kirim Bantuan

Ferrika Lukmana Sari
30 Maret 2025, 07:05
Myanmar
ANTARA/HO-Myanmar-now.org
Gedung-gedung runtuh di Mandalay, Myanmar akibat gempa dengan magnitudo 7,7 melanda Myanmar pada Jumat (28/3/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Tim penyelamat terus berjuang untuk menemukan korban selamat dari gempa dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3). Hingga kini, sedikitnya 1.644 orang dilaporkan tewas, sementara lebih dari 3.400 lainnya mengalami luka-luka.

Menurut laporan AFP, para petugas penyelamat menggunakan perlengkapan terbatas, bahkan terkadang hanya menggunakan tangan kosong, berusaha mengevakuasi korban yang masih terperangkap di bawah reruntuhan bangunan.

Salah satu momen harapan terjadi ketika seorang wanita berusia 30 tahun, Phyu Lay Khaing, berhasil diselamatkan setelah lebih dari 30 jam tertimbun di apartemen Sky Villa Condominium, Mandalay. Suaminya, Ye Aung langsung membawanya ke rumah sakit.

"Kami sangat bersyukur dia masih hidup," kata Ye Aung dikutip dari Guardian, Minggu (30/1).

Di Bangkok, Thailand, gubernur Chadchart Sittipunt mengonfirmasi pencarian korban di gedung 30 lantai yang runtuh masih terus dilakukan. "Kami yakin masih ada korban selamat. Kami akan melakukan segala cara untuk menyelamatkan mereka," ujarnya pada Sabtu malam (30/3).

Pihak berwenang menggunakan alat berat seperti derek dan ekskavator serta menerjunkan drone dan anjing pelacak untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan. Hingga saat ini, sedikitnya 10 orang dilaporkan tewas di Bangkok, sementara puluhan lainnya masih hilang.

Banyak Korban Gemba Belum Ditemukan

Pemerintah junta Myanmar melaporkan bahwa selain korban jiwa, banyak warga masih belum ditemukan. Junta juga telah menetapkan status darurat di enam wilayah dan meminta bantuan internasional. "Kami mengundang negara mana pun dan organisasi mana pun untuk membantu dalam upaya pemulihan ini," ujar pemimpin junta Min Aung Hlaing.

Sejumlah negara telah mengirimkan bantuan, termasuk Rusia dan Cina yang menerbangkan tim penyelamat serta pasokan bantuan. India mengirim tim pencari dan medis, sementara Malaysia akan mengirimkan 50 relawan pada Minggu (31/3).

Namun, upaya penyelamatan menghadapi tantangan besar akibat infrastruktur yang rusak, jaringan komunikasi yang terputus, serta konflik internal yang masih berlangsung di Myanmar sejak kudeta militer 2021.

Badan Pangan Dunia (WFP) menyebut respons terhadap bencana ini sangat menantang. "Butuh waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu untuk memahami sepenuhnya dampak gempa ini," ujar Direktur WFP untuk Myanmar Michael Dunford.

Laporan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Kemanusiaan (UNOCHA) menyebut banyak rumah sakit dan fasilitas kesehatan mengalami kerusakan parah, serta terjadi kekurangan pasokan medis yang sangat kritis.

Selain itu, sejumlah infrastruktur utama seperti jembatan, jalan, universitas, hotel, serta situs bersejarah dan keagamaan juga mengalami kerusakan berat. Gempa ini menjadi yang terbesar di Myanmar dalam beberapa dekade terakhir dan diikuti oleh gempa susulan berkekuatan 6,7 magnitudo.

Bantuan Internasional Mulai Berdatangan

Bantuan internasional mulai berdatangan. Inggris berkomitmen memberikan bantuan hingga £10 juta, Uni Eropa mengalokasikan dana darurat sebesar €2,5 juta, dan PBB telah menyiapkan dana awal sebesar $5 juta untuk membantu upaya pemulihan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah bersiap untuk meningkatkan dukungan dalam menghadapi ancaman besar bagi kehidupan dan kesehatan masyarakat.

Di tengah kondisi darurat ini, banyak warga Mandalay memilih tidur di luar ruangan karena rumah mereka hancur atau karena takut akan gempa susulan. Sementara itu, kelompok bantuan kemanusiaan seperti Norwegian Refugee Council mendesak junta untuk mengizinkan akses tanpa hambatan bagi para pekerja kemanusiaan guna mempercepat distribusi bantuan.

Tragedi ini terjadi di saat banyak lembaga bantuan mengurangi operasinya akibat pemangkasan dana oleh pemerintahan Donald Trump terhadap Badan Pembangunan Internasional AS (USAID). Meski begitu, Trump mengatakan bahwa AS akan membantu Myanmar, meski belum ada komitmen konkret yang diumumkan.

Situasi di Myanmar masih sangat genting, dengan upaya penyelamatan yang terus dilakukan di tengah keterbatasan. Dunia internasional kini menghadapi tantangan besar dalam memberikan bantuan kepada masyarakat Myanmar yang terdampak parah akibat bencana ini.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan