Kesal dengan Putin, Trump Ancam Tarif Sekunder untuk Pembeli Minyak Rusia

Ringkasan
- Trump mengancam akan mengenakan tarif sekunder pada negara pembeli minyak Rusia jika Rusia menghalangi upaya perdamaian di Ukraina. Trump merasa kesal dengan Putin karena dianggap menyinggung Presiden Ukraina Zelensky.
- Tarif sekunder tersebut dapat mencapai 25% hingga 50% dan merupakan bentuk hukuman tambahan bagi negara yang berdagang dengan negara yang telah dikenai tarif primer.
- Meskipun ada ketegangan, Rusia menyatakan masih ingin bekerja sama dengan AS, walau belum ada rencana pembicaraan langsung antara Putin dan Trump.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku kesal kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, dan mengancam akan mengenakan tarif sekunder untuk setiap negara pembeli minyak yang keluar dari Rusia, sebesar 25% hingga 50%.
Dalam konteks ekonomi dan perdagangan internasional, tarif sekunder merujuk pada tarif tambahan yang dikenakan oleh suatu negara kepada negara lain yang melakukan perdagangan dengan negara ketiga yang dikenakan tarif primer.
Trump menilai Putin telah menyinggung kredibilitas kepemimpinan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. "Saya sangat marah dan jengkel karena itu tidak tepat sasaran," kata Trump dalam sebuah wawancara dengan NBC News, Minggu, 30 Maret lalu.
Kebijakan tarif itu akan diterapkan jika Rusia menghalangi upayanya untuk mendamaikan perang di Ukraina.
Meski begitu, di tengah ketegangan ini, Rusia sebaliknya menyatakan masih bekerja sama dengan AS. "Pertama-tama, untuk membangun hubungan kami," kata juru bicara Dmitry Peskov, Senin (31/3).
Meski begitu, Peskov mengatakan belum ada rencana untuk menelepon Putin dan Trump pada pekan ini. Rusia pun mengaku terbuka untuk menelepon Trump jika diperlukan.
Sebelumnya pejabat AS dan Rusia telah berunding selama beberapa pekan untuk mencoba mencapai kesepakatan demi mengakhiri perang di Ukraina.
Trump, di sisi lain, juga dinilai gagal memenuhi kewajibannya untuk menghentikan Ukraina menyerang infrastruktur energi Rusia. Surat kabar Rusia pro-Putin, Moskovsky Komsomolets, menerbitkan beberapa artikel yang mengkritik Presiden AS itu.