Orang-orang Terkaya Dunia Kehilangan Rp 3.463 Triliun Imbas Tarif Impor Amerika


Orang-orang terkaya di dunia secara kolektif kehilangan US$ 208 miliar atau Rp 3.463 triliun (kurs Rp 16.652 per US$) dalam sehari menyusul pengumuman tarif impor baru Amerika Serikat, menurut data Bloomberg Billionaire Index atau BBI pada Jumat (4/4).
Penurunan harta kekayaan gabungan 500 miliarder teratas dunia merupakan penurunan satu hari terbesar keempat sejak BBI diluncurkan 13 tahun lalu, sekaligus terbesar sejak pandemi Covid-19.
Pendiri Facebook Mark Zuckerberg kehilangan kekayaan 9% atau US$ 17,9 miliar. Hal ini karena harga saham Meta, induk Facebook dan Instagram, anjlok hampir 9% pada Kamis (3/4).
Hal itu menjadikan Mark Zuckerberg sebagai orang yang mengalami kerugian dolar terbesar, menurut data BBI.
Pemilik Amazon Jeff Bezos kehilangan kekayaan US$ 15,9 miliar, karena harga saham perusahaan turun 9%. Penurunan harga saham Amazon ini merupakan yang terbesar sejak April 2022.
Orang terkaya di dunia Elon Musk kehilangan US$ 11 miliar pada Kamis 93/4). Hal ini karena harga saham Tesla melorot hampir 5,5%.
Presiden Amerika Donald Trump mengumumkan tarif impor baru pada Rabu (2/4). AS menerapkan tarif impor minimum 10% untuk semua produk dari luar negeri, termasuk dari wilayah tidak berpenghuni seperti Kepulauan Heard dan McDonald, bagian terluar Australia di Samudra Hindia sub-Antartika. Aturan ini berlaku mulai besok (5/4).
Selain itu, ratusan negara dikenakan tarif resiprokal atau timbal balik mulai 9 April, termasuk:
- Kamboja: 49%
- Vietnam: 46%
- Sri Lanka: 44%
- Bangladesh: 37%
- Cina: 36%
- Thailand: 36%
- Taiwan: 32%
- Indonesia: 32%
- Pakistan:29%
- India: 26%
- Korea Selatan: 25 %
- Jepang: 24 %
- Malaysia: 24%
- Brunei Darussalam: 24%
- Filipina:17%
Wall Street anjlok setelah pengumuman. S&P 500 turun 1,6% dan Nasdaq 2,4%.
S&P 500 kembali merosot 4,84% menjadi 5.396,52 pada perdagangan Kamis (3/4). Dow Jones Industrial Average anjlok 3,98% menjadi 40.545,93 dan Nasdaq Composite turun 5,97% ke level 16.550,61.
Ketidakpastian terkait tarif dagang dan dampaknya terhadap ekonomi global, inflasi, serta pendapatan perusahaan telah meningkatkan volatilitas pasar dalam beberapa pekan terakhir.