Memori Messi - Neymar dari Barca ke PSG, & Turbulensi Bisnis Sepakbola

Image title
Oleh Maesaroh
12 Agustus 2021, 09:40
Lionel Messi, PSG, Neymar, Barcelona
PSG/Twitter
Lionel Messi saat diperkenalkan ke publik di Stadion Parc des Princes, Paris, milik PSG. Messi menandatangani kontrak selama dua tahun dengan bayaran 35 juta euro per tahun.

Keuangan Barcelona yang semrawut

Kembali ke polemik foto ikonik tadi, Neymar memang akhirnya pindah ke PSG setelah musim 2016/2017 berakhir. Nilai transfernya 222 juta euro (Rp 3,72 triliun), merupakan transfer tertinggi pemain sepakbola yang masih bertahan hingga saat ini.

Sayangnya, kepergian Neymar ke PSG dengan meninggalkan dana yang berlimpah justru menjadi awal karut-marutnya keuangan Barcelona. Klub asal Catalan ini gagal memanfaatkan dana jumbo hasil penjualan Neymar untuk memperkuat tim dan memperbesar bisnisnya. Pada musim 2017/2018, Barcelona menghabiskan 374 juta euro (Rp 6,28 triliun), termasuk membeli Philippe Coutinho dari Liverpool (145 juta euro) dan Ousmane Dembélé dari Borusia Dortmund (120 juta euro).

Di bawah kepemimpinan Presiden Josep Maria Bartomeu, klub pemenang lima trofi Liga Champions tersebut terus menghamburkan uang untuk membeli pemain dengan transfer mahal namun tidak berkontribusi besar ke klub, seperti Antoine Griezmann (120 juta euro) di musim 2019/2020.

Menurut data Transfermarkt.com, Barcelona menghabiskan dana sebesar 928 juta euro (Rp 15,6 triliun) selama empat tahun terakhir atau sejak Neymar pindah pada musim 2017/2018. Jumlah tersebut sangat besar dibandingkan dengan rival utama mereka, Real Madrid, yang hanya menghabiskan dana 558,75 juta euro (Rp 9,4 triliun) dalam kurun waktu yang sama.

Pengeluaran Barcelona bahkan jauh di atas Manchester City (717 juta euro atau Rp 12,04 triliun), klub yang selama ini dianggap "orang kaya baru" dan suka menghambur-hamburkan uang untuk membeli pemain.

Pembelian yang mahal hanyalah sedikit dari persoalan keuangan Barcelona. Merujuk pada keuangan klub, mereka menghabiskan 430 juta euro di musim 2019/2020, untuk menggaji pemain, staf dan lain-lain. Angka tersebut jauh di atas yang dicatatkan pada akhir musim 2016/2017 yakni 308,03 juta euro.

Barcelona juga mencatatkan utang  1,2 miliar euro (Rp 20,2 triliun) pada akhir Juni 2020, hampir empat kali lipat dibandingkan per Juni 2017 sebesar 473,03 juta euro (Rp8 triliun).

Pendapatan Barcelona memang naik signifikan dari 708 juta euro (Rp 11,9 triliun) di musim 2016/2017 menjadi 855,43 (Rp14,4 triliun) juta euro pada musim 2019/2020. Sayangnya, anggaran gaji yang terus membengkak membuat Barcelona berbalik arah dari mencatatkan untung (setelah pajak) sebesar 21 juta euro di akhir Juni 2017 menjadi buntung 97 juta euro di akhir Juni 2020.

Persoalan gaji inilah yang akhirnya berujung pada kepergian Messi ke PSG. Klub yang memiliki moto Mes Que Un Club atau "Lebih Dari Sebuah Klub" tersebut gagal memenuhi ketentuan baru salary cap La Liga. Mulai musim 2021/2022, La Liga menentukan besaran salary cap (batas gaji) kepada setiap klub berdasarkan pemasukan masing-masing klub. Dengan ketentuan itu, Barcelona harus memotong gaji pemainnya hingga 200 juta euro.

Persoalan muncul karena Messi yang habis kontrak pada 30 Juni 2021 belum menandatangani kontrak baru. Dengan kontrak baru yang ditawarkan yakni gaji sebesar 70 juta euro atau sekitar Rp 1,2 triliun (belum menghitung pajak) maka Barcelona dipastikan tidak bisa mengikuti aturan La Liga. Messi memang sudah mengusulkan pemotongan gaji sebesar 50%, tetapi syarat tersebut pun tetap tidak bisa memenuhi ketentuan salary cap.

Ambisi PSG

Kini setelah Messi ke PSG, pertanyaan muncul terkait peran besar Messi dalam mendongkrak prestasi, gengsi, dan pendapatan klub milik Nasser Al-Khelaifi. Setelah mengambil alih PSG pada 2011, Nasser di bawah naungan Qatar Sports Investment, sudah menghabiskan sekitar 1,3 miliar euro (Rp 21,8 triliun). Namun, prestasi terbaik di Liga Champions hanyalah sekali menginjak final di musim 2019/2020 walaupun mereka menguasai Ligue 1 dengan torehan tujuh juara sejak musim 2011/2012.

PSG sudah menggaet Neymar kemudian melengkapinya dengan Kylan Mbape di musim 2017/2018. Mengawali musim ini, mereka mendatangkan sederet pemain bintang dengan bergelimang prestasi seperti Sergio Ramos (kapten Real Madrid) dan Gianluigi Donnarumma (pemain terbaik di euro 2020), dan Georginio Wijnaldum (Liverpool).

Fans menyambut Messi di Paris (atas) Barcelona menurunkan baliho dan poster Messi (bawah)
Fans menyambut Messi di Paris (atas) Barcelona menurunkan baliho dan poster Messi (bawah) (PSG/Twiiter dan Reuters)



Efek positif Messi sudah bisa dinikmati PSG dalam beberapa hari ini. Jersey bernomor punggung 30 milik Messi ludes terjual dalam kurun waktu 20 menit. Padahal, banderol yang dipasang sebesar 156 euro (Rp 2,6 juta). Efek serupa pernah dibawa Cristiano Ronaldo saat pindah ke Juventus di mana klub asal kota Turin tersebut mampu menjual 520 ribu jersey Ronaldo dalam waktu 24 jam.

Ronaldo mampu mengerek pendapatan Juventus sampai 116,7 juta euro menjadi 621,5 juta euro di musim 2018/2019. Messi juga diyakini akan menaikkan pendapatan PSG, baik dari penjualan jersey atau sponsor.

Kini, apakah kebersamaan duet Messi - Neymar di PSG bisa mengulang kesuksesan mereka, baik dari sisi prestasi maupun bisnis seperti di Barcelona masa lampau?

Halaman:

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...