7 Puisi Tentang Hujan dan Rindu sebagai Inspirasi
Bagi beberapa orang, hujan bisa menjadi sumber inspirasi untuk menulis puisi. Alasannya, hujan seringkali membuat seseorang melamun dan memikirkan hal-hal sendu.
Namun dengan menulis puisi, seseorang bisa mencurahkan perasaan yang dialaminya seperti kesedihan atau kerinduan.
Jika Anda ingin mengambil tema hujan untuk puisi, ada banyak puisi yang bisa dijadikan sumber inspirasi. Simak contohnya di bawah ini.
Puisi Tentang Hujan dan Rindu
Berikut ini tujuh contoh puisi tentang hujan dan rindu yang bisa Anda jadikan inspirasi untuk menulis puisi dengan tema serupa.
1. Hujan Bulan Juni
Karya Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar
Pohon bunga itu
2. Hujan dan Kebersamaan
Karya Dedik B
Hujan ini mengingatkanku pada angan
Pada kebersamaan pernah kita jalankan
Setiap orang menarikan imajinasi yang disampaikan
Melalui kertas putih tak diharapkan
Langit terasa gelap mencekam
Air berjatuhan tanpa memberi kesempatan
Hawa dingin menusuk pori-pori badan
Semangat tetap tak terbantahkan
Ada yang tidur dengan kesakitan
Ada yang merenung dengan kesendirian
Ada yang ragu dalam penyampaian
Ada pula cinta dalam kebersamaan
Kasih ku tatap mata tajam
Ada kerinduan terlalu dalam
Seperti tanah gersang merindukan hujan
Kasih bila hujan telah tiada
Adakah kebersamaan kita tetap terjaga?
Setiap peristiwa melahirkan suka dan duka
Dan menjadi penyebab guncangan jiwa
3. Hujan dan Rindu
Ini cerita tentang hujan di hari Minggu
dan rasa yang tertinggal dari Sabtu lalu
tentang kakek renta yang pantang menghiba
meski senja di depan mata
tentang kakak usil yang penyayang
meski kerja dan tempa harus dijumpa sedari muda
tentang adik periang yang berbinar
meski jari kakinya mengintip menyeruak sepatu yang berkali disulam sang bunda
tentang nenek jelita
yang senyumnya hangat memeluk sejuk
Ini cerita tentang hujan di Minggu pagi
dan remah-remah nostalgi di penghujung buku diary
tentang ayam, kucing, dan kelinci
yang jadi definisi mimpi
tentang rumah laba-laba, cengkih dan pala
yang jadi definisi ceria
tentang lagu dolanan di bawah rembulan
yang jadi definisi tawa
tentang jajanan pasar buatan nenek tetangga
yang jadi definisi bahagia
Ini cerita tentang hujan minggu lalu
dan segumpal rindu
pada bau tanah yang syahdu
4. Memori Tetesan Hujan
Karya Setia Erliza
Sehelai daun hijau panjang
Menutupi mahkota dari derasnya hujan
Menuju tempat lautan ilmu
Beberapa tahun yang silam
Saat aku duduk di bangku Sekolah Dasar
Memori daun pisang menjadi bait kisah haru
Menempa kisah di musim penghujan
Basah?
Ayah, derasnya hujan menerpa tubuhmu
Sambil menggigil kau genggam tanganku
Jelas terlihat dari tangan keriputmu
Menuntunku di bawah derasnya hujan
Daun pisang mengukir kisah haru
Ciptakan kenangan indah tak terhingga
Antara aku, ayah, dan hujan.
5. Setetes Kenangan dalam Hujan
Karya Tarisya Widya Safitria
Dulu
Saat semburat merah jingga nan elok
Saat gumpalan kapas gelap bersanding bersama cakrawala
Tetes kehidupan jatuh serentak
Membombardir ribuan kilometer lahan
Impresi menguap di atas tanah
Larut bersama wewangian hujan
Di bawah rintik-rintik nikmat Tuhan
Tersemat manis indahnya janji masa depan
Penuh kebahagiaan semu berselimut basah
Kini,
Beradu dengan nestapa
Menatap seruan hina yang menyayat jiwa
Menusuk hingga rindu menyeruak keluar
Dengan satu tarikan nafas gusar
Kenangan di Basah Hujan
Rayhandi
Di basah itu memori tersangkut
Menyanyut ingat membara bayang
Terlihat warna di pucuk mata
Kurasa memori menari bernyanyi berputar
Masih teringat olehku
Kenyataan yang menggenggam
Hangat menguar melawan dingin
Terbawa sampai ke hulu hati
Aku tak ingin melupa
Rasa di bidang merah masih menyenja
Di bayang barat rasa itu kugantung
Bersama hujan ia melebur
Hujannya deras terasa
Merangkak mencari celah
Batu keras memukulku
Terngiang ingin mengepak
Aku belum larut menjadi abu
Aku masih menjadi ingatan yang takkan raib
Menjadi sepertiga kenangan yang hidup di hujan malam
Aku masih menjadi cerita untuk hari ini dan selamanya.
6. Senandung Galau Tanah Kemarau
Entah apa yang terjadi pada langit.
Hingga telah berbulan-bulan menahan jatuh rintikmu padaku.
Aku menjadi tiada dalam ketiadaan yang hampa.
Satu-satunya alasan menemuimu yang menjelma menjadi embun subuh tanpa menoleh sedikit saja pada senja.
Sampai kapan pun aku tidak akan pernah lelah.
Lelah menunggu sembab langit dengan ribuan pelukan yang tak sempat aku kecup satu per satu.
Teruntuk kita yang menjadi bahagia di antara basahnya hujan.
7. Hujan Ini Mengingatkanku Padamu
Tahukah kamu
Bahwa jauh di lubuk hatiku
Ada sebuah kenangan yang kusimpan,
Rapi – serapi-rapinya.
Dan hanya kubuka
Saat hujan bergerenyai
Seperti di pagi yang mulia ini.
Saat kusentuh,
Kenangan itu membuncah
Membawa bayang-bayang indah
Tentang kamu, kamu dan senyumannya
Yang tak pernah bisa kulupakan.
Lalu tiba-tiba
Kenangan itu mengajakku
Masuk kembali, ke masa lalu.